Kawah Ijen di perbatasan Bondowoso dan Banyuwangi, Jawa Timur tak hanya indah, tapi juga misterius. Salah satunya, lava berpendar biru spektakuler yang menyembur dari dalam gunung.
Joseph Stromberg dari Smithsonian berbicara pada fotografer Olivier Grunewald -- yang sedang membuat film dokumenter di Ijen bersama Regis Etienne, dari Society for Volcanology Jenewa -- untuk mendapatkan penjelasan apa yang sebenarnya terjadi pada Kawah Ijen.
Ini jawabannya: meski penampakan lava biru adalah nyata, bukan batuan cair itu yang bertanggung jawab atas warnanya. Pendar biru berasal dari gas sulfur.
"Cahaya biru itu, yang tak biasa ditemukan di gunung berapi, bukan disebabkan oleh lava itu sendiri -- penjelasan yang sering dimuat di di banyak situs," kata Grunewald, seperti dimuat situs io9, Kamis (6/2/2014).
"Tapi disebabkan pembakaran gas belerang yang kontak dengan udara pada suhu di atas 360 derajat Celcius."
Di siang hari, lava yang muncul dari Bumi pada suhu amat tinggi di Ijen tak berbeda tampilan dengan lava di gunung lain -- yang memancarkan warna merah atau oranye, tergantung komposisi mineralnya.
"Tetapi pada Kawah Ijen, gas belerang dengan kuantitas besar, bertekanan tinggi dan suhu luar biasa (kadang-kadang lebih dari 600 derajat Celcius) keluar bersama dengan lava ," tambah dia.
Saat kontak dengan oksigen di udara dan dipicu oleh lava, sulfur mudah terbakar dan memicu api yang berwarna biru cerah. "Membuatnya tampak seolah-olah lava biru mengalir di gunung," kata Grunewald. Efeknya hanya terlihat pada malam hari.
"Pemandangan api ini di malam hari sangat aneh dan luar biasa," kata Grunewald. "Setelah beberapa malam di kawah, kami merasa sedang berada di planet lain."
Selain lava yang tampak biru, kandungan sulfat yang tinggi juga bertanggung jawab untuk gas berpotensi bahaya di udara -- di lokasi di mana penambang lokal mengekstrak batu sulfat dari permukaan gunung berapi.
Mereka mengais belerang di kawah yang bergolak. Mengisi keranjang dengan bongkahan sulfur dengan mengandalkan tangan, menggendongnya untuk dibawa ke pengepul. Tanpa alat pengaman, masker sekalipun.
Tak jarang para penambang, termasuk anak-anak, bekerja di malam hari untuk menambah penghasilan. "Dibayangi cahaya biru elektik dari asam sulfat yang dihembuskan oleh gunung berapi," kata Grunewald, seperti Liputan6.com kutip dari situs Smithsonian.com
Api biru yang berpendar menghasilkan foto-foto dramatis, indah, bahkan surealis. Namun, bagi para penambang yang menghabiskan berbulan-bulan atau bertahun-tahun di Ijen, taruhan mereka adalah nyawa. Mereka bisa terkena penyakit tenggorokan kronis dan paru-paru akut. (Ein/Yus)
Baca juga:
Amuk Gunung Berapi Bunuh dan Awetkan Hewan Selama Jutaan Tahun
Misteri `Lingkaran Peri` di Laut Baltik Terkuak, Pendaratan UFO?
Dahsyat! NASA Bidik Semburan Asap Sinabung dari Luar Angkasa
Joseph Stromberg dari Smithsonian berbicara pada fotografer Olivier Grunewald -- yang sedang membuat film dokumenter di Ijen bersama Regis Etienne, dari Society for Volcanology Jenewa -- untuk mendapatkan penjelasan apa yang sebenarnya terjadi pada Kawah Ijen.
Ini jawabannya: meski penampakan lava biru adalah nyata, bukan batuan cair itu yang bertanggung jawab atas warnanya. Pendar biru berasal dari gas sulfur.
"Cahaya biru itu, yang tak biasa ditemukan di gunung berapi, bukan disebabkan oleh lava itu sendiri -- penjelasan yang sering dimuat di di banyak situs," kata Grunewald, seperti dimuat situs io9, Kamis (6/2/2014).
"Tapi disebabkan pembakaran gas belerang yang kontak dengan udara pada suhu di atas 360 derajat Celcius."
Di siang hari, lava yang muncul dari Bumi pada suhu amat tinggi di Ijen tak berbeda tampilan dengan lava di gunung lain -- yang memancarkan warna merah atau oranye, tergantung komposisi mineralnya.
"Tetapi pada Kawah Ijen, gas belerang dengan kuantitas besar, bertekanan tinggi dan suhu luar biasa (kadang-kadang lebih dari 600 derajat Celcius) keluar bersama dengan lava ," tambah dia.
Saat kontak dengan oksigen di udara dan dipicu oleh lava, sulfur mudah terbakar dan memicu api yang berwarna biru cerah. "Membuatnya tampak seolah-olah lava biru mengalir di gunung," kata Grunewald. Efeknya hanya terlihat pada malam hari.
"Pemandangan api ini di malam hari sangat aneh dan luar biasa," kata Grunewald. "Setelah beberapa malam di kawah, kami merasa sedang berada di planet lain."
Selain lava yang tampak biru, kandungan sulfat yang tinggi juga bertanggung jawab untuk gas berpotensi bahaya di udara -- di lokasi di mana penambang lokal mengekstrak batu sulfat dari permukaan gunung berapi.
Mereka mengais belerang di kawah yang bergolak. Mengisi keranjang dengan bongkahan sulfur dengan mengandalkan tangan, menggendongnya untuk dibawa ke pengepul. Tanpa alat pengaman, masker sekalipun.
Tak jarang para penambang, termasuk anak-anak, bekerja di malam hari untuk menambah penghasilan. "Dibayangi cahaya biru elektik dari asam sulfat yang dihembuskan oleh gunung berapi," kata Grunewald, seperti Liputan6.com kutip dari situs Smithsonian.com
Api biru yang berpendar menghasilkan foto-foto dramatis, indah, bahkan surealis. Namun, bagi para penambang yang menghabiskan berbulan-bulan atau bertahun-tahun di Ijen, taruhan mereka adalah nyawa. Mereka bisa terkena penyakit tenggorokan kronis dan paru-paru akut. (Ein/Yus)
Baca juga:
Amuk Gunung Berapi Bunuh dan Awetkan Hewan Selama Jutaan Tahun
Misteri `Lingkaran Peri` di Laut Baltik Terkuak, Pendaratan UFO?
Dahsyat! NASA Bidik Semburan Asap Sinabung dari Luar Angkasa