Liputan6.com, Kutub Selatan: Keseimbangan ekosistem di benua es Antartika (Kutub Selatan) semakin rapuh dari hari ke hari. Penelitian teranyar tim ilmuwan Inggris menyimpulkan Antartika sangat mudah terganggu akibat pemanasan global dan kehadiran manusia.
Penelitian yang melongok kehidupan laut di bawah lapisan es Antartika menemukan berbagai macam biota laut seperti plankton, tumbuhan dan satwa. Dengan memantau ekosistem Antartika, ilmuwan mencoba memahami perubahan global yang meliputi perubahan panas dan perubahan kadar garam laut akibat pencairan beting es Antartika. Sebab, lapisan es tersebut berperan penting untuk mencegah kenaikan suhu udara melebihi 0,2 derajat Celcius per tahun.
Namun, keseimbangan ekosistem tersebut sangat rentan terhadap perubahan sekecil apa pun. Hasil penelitian juga menemukan iklim bumi berperan penting dalam menentukan keseimbangan ekosistem itu. Jika suhu terus naik, perubahan akan tampak pada jenis satwa yang hidup di dasar laut.
Penelitian ini juga mempelajari metabolisme satwa-satwa Antartika. Menurut pakar biologi laut Hamish Campbell, satwa Antartika berbeda dengan satwa lain yang tinggal di wilayah yang lebih hangat. Mereka mempunyai detak jantung yang lambat yaitu lima atau enam kali di bawah manusia.
Campbell berharap hasil riset ini dapat diterapkan pada manusia. Perlambatan jantung tersebut akan berguna saat pembedahan. Jika berhasil, kemungkinan penggunaan obat kimia dan kehilangan banyak darah saat operasi dapat dihindari.(TOZ/Idr)
Penelitian yang melongok kehidupan laut di bawah lapisan es Antartika menemukan berbagai macam biota laut seperti plankton, tumbuhan dan satwa. Dengan memantau ekosistem Antartika, ilmuwan mencoba memahami perubahan global yang meliputi perubahan panas dan perubahan kadar garam laut akibat pencairan beting es Antartika. Sebab, lapisan es tersebut berperan penting untuk mencegah kenaikan suhu udara melebihi 0,2 derajat Celcius per tahun.
Namun, keseimbangan ekosistem tersebut sangat rentan terhadap perubahan sekecil apa pun. Hasil penelitian juga menemukan iklim bumi berperan penting dalam menentukan keseimbangan ekosistem itu. Jika suhu terus naik, perubahan akan tampak pada jenis satwa yang hidup di dasar laut.
Penelitian ini juga mempelajari metabolisme satwa-satwa Antartika. Menurut pakar biologi laut Hamish Campbell, satwa Antartika berbeda dengan satwa lain yang tinggal di wilayah yang lebih hangat. Mereka mempunyai detak jantung yang lambat yaitu lima atau enam kali di bawah manusia.
Campbell berharap hasil riset ini dapat diterapkan pada manusia. Perlambatan jantung tersebut akan berguna saat pembedahan. Jika berhasil, kemungkinan penggunaan obat kimia dan kehilangan banyak darah saat operasi dapat dihindari.(TOZ/Idr)