Liputan6.com, Jakarta Ketika memutuskan untuk berumahtangga, tugas utama pria tidak hanya mendonorkan sperma ke istri dan membiarkannya mengurus seorang diri hasil aksi yang dilakukan berdua. Bila pria juga menganggap mencari nafkah adalah tugas utamanya, maka pembelaan seperti itu tidak dapat diterima.
Demikian disampaikan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH dalam acara 'Pencanangan Kampanye Peduli Kesehatan Ibu' di Gedung Kementerian Kesehatan RI, di Jakarta, Senin (28/4/2014)
Baca Juga
"Pria dan wanita yang sudah menikah adalah mitra atau partner. Bukan yang satu donor sperma, yang satu penerima. Mindset seperti ini yang harus diubah," kata Nafsiah.
Advertisement
Dalam bermitra, suami istri tidak hanya membahas mengenai penghasilan rumah tangga saja. Ketika wanita hamil, dibutuhkan kerja sama antar mitra untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Seperti kematian ibu atau kematian bayi.
"Dalam perekonomian suami istri bermitra, pun saat kehamilan keduanya harus bermitra. Pria jangan hanya mengantar ketika istri akan melahirkan saja, baru gedor-gedor bidan," kata Nafsiah menambahkan.
Dalam bermitra, lanjut Nafsiah, pasangan suami istri harus membicarakan waktu yang tepat kapan harus hamil. Menurut Nafsiah, pria jangan menghamili istri ketika kondisinya sedang tidak siap atau kurang prima. Karena, bila wanita hamil dalam keadaan tidak prima, berakibat fatal tidak hanya untuk kesehatan diri sendiri, melainkan janin yang ada di kandungan.
"Jadi, perencanaan untuk hamil pun harus direncanakan secara bersama-sama," kata Nafsiah menekankan.