Liputan6.com, Jakarta Ada seorang pasien, sebut saja Mr.PS terbang dari Liberia ke Lagos Nigeria. Ketika mendarat, diketahui dia adalah pasien Ebola. Setelah dirawat di rumah sakit setempat lalu meninggal beberapa hari kemudian.
Yang kini amat menyedihkan adalah, seorang dokter di Nigeria yang menangani pasien Mr PS, ternyata hari Senin 4 Agustus 2014 kemarin dilaporkan tertular Ebola. Padahal dengan meluasnya kasus Ebola di Afrika sejak beberapa bulan lalu, petugas kesehatan sudah pasti waspada dalam bertugas. Namun tetap saja dokternya tertular.
Ini menunjukkan bahwa kewaspadaan dalam perawatan di rumah sakit pun harus menjadi perhatian utama, yang meliputi 11 poin :
1. Penempatan pasien : harus dalam kamar sendiri terpisah
2. Alat pelindung diri seperti sarung tangan, masker, pelindung mata, jubah.
Advertisement
3. Peralatan perawatan pasien, baik yang disposable maupun dapat di desinfeksi
4. Perhatian perawatan pasien: pembatasan jarum dan benda tajam, pembatasan flebotomi
5. Alat yang mengeluarkan aerosol : dibatasi sedapat mungkin
6. Higiene tangan : harus dilakukan dengan intensif
7. Penanggulangan infeksi lingkungan : dilakukan desinfeksi dan pembersihan lingkungan
8. Penyuntikan dengan aman : ikuti standar yang baik
9. Lama masa terinfeksi yang harus diawasi ketat : ditetapkan kasus per kasus, tergantung kondisi
10. Pengawasan petugas kesehatan yang kontak dengan pasien : harus ada 5 prinsip yaitu :
a. Kebijakan monitoring standar
b. Peraturan cuti
c. Penanganan petugas yang bagian kulitnya langsung terpapar
d. Bagaimana menangani petugas yang memiliki gejala
e. Bagaimana mereka yang tidak bergejala, tapi alat pelindung diri tidak memadai
11. Monitoring pengunjung RS: aturan larangan bezoek yang amat ketat.
Bila di rumah sakit yang tentu sudah menerapkan prosedur ketat agar tidak terjadi penularan masih bisa tetap terjadi, maka di masyarakat tentu penularan harus lebih diawasi maksimal. Dalam hal ini ada 2 hal :
1. Prosedur di RS harus berjalan dengan amat ketat
2. Di Liberia ada laporan kasus yang meninggal lalu dikremasi, karena warga kawatir kalau jenazah dimakamkan, penyakit masih tetap bisa menular.
Prof dr Tjandra Yoga Aditama SpP(K), MARS, DTM&H, DTCE
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan