Siapa Berisiko Tinggi Lakukan Bunuh Diri?

Orang dengan gangguan jiwa dan pasien sakit kronis berisiko tinggi lakukan upaya bunuh diri.

oleh Benedikta Desideria diperbarui 12 Sep 2014, 21:00 WIB
Diterbitkan 12 Sep 2014, 21:00 WIB
Siapa Yang Berisiko Tinggi Lakukan Bunuh Diri?
Peka terhadap perilaku orang depresi karena termasuk salah satu kelompok yang berisiko lakukan upaya bunuh diri. (Foto: www.eliterehabplacement.com)

Liputan6.com, Jakarta Menurut data World Health Organization (WHO), estimasi orang yang meninggal akibat bunuh diri di Indonesia mencapai angka 10 ribu jiwa per tahun dengan prevalensi 4,3 per 100.000 penduduk pada 2012. Lalu siapa yang berisiko tinggi alami tindakan mengakhiri hidup sendiri ini?

Menurut WHO dan para ahli kesehatan jiwa orang dengan gangguan jiwa berisiko tinggi lakukan upaya bunuh diri.

"Orang dengan gangguan jiwa berisiko 10 kali lipat lakukan bunuh diri dibanding orang biasa ," terang pemerhati kesehatan jiwa dokter Albert Maramis, SpKJ pada diskusi peringatan Hari Pencegahan Bunuh Diri Dunia di Jakarta (11/9/2014).

Pada umumnya, penyebab bunuh diri pada orang dengan gangguan jiwa adalah depresi, gangguan bipolar, penyalahgunaan obat dan alkohol serta skizofrenia.

"Pada gangguan bipolar misalnya, ada suatu episode depresi yang berpotensi lakukan upaya bunuh diri. Halusinasi dengar yang biasa terjadi pada orang skizofrenia, bila ada komando yang menginginkan ia mengkhiri hidup bisa jadi penyebab adanya bunuh diri," terang Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokterian Jiwa Indonesia (PDSKJI), Dokter Danardi Sosrosumihardjo, SpKJ(K) pada kesempatan yang sama.

Tak hanya orang dengan gangguan jiwa yang mampu berupaya lakukan bunuh diri, pasien yang sakit kronis pun juga. Misalnya orang yang sakit kanker atau mereka yang yang bosan makan obat misalnya butuh dukungan agar tetap semangat jalani hidup, terang dokter spesialis kejiwaan Eka Viora.

"Jangan hanya mengobati fisik saja, tapi dukungan terhadap orang-orang ini penting diberikan. Termasuk dukungan dari pelayan kesehatan. Jika dukungan kurang, mereka berisiko lakukan upaya itu (bunuh diri)" tutur dokter Eka.

Dengan mengetahui siapa saja yang berisiko tinggi lakukan upaya bunuh diri, orang di sekitar seyogyanya mampu mendampingi dan peka dengan apa yang terjadi pada mereka. Sehingga upaya pencegahan bunuh diri bisa dilakukan sejak awal.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya