Kaya Herba, RI Punya Potensi Besar Jadikannya Sebagai Obat

Teknologi dalam riset membantu tingkat keberhasilan pengolahan bahan-bahan alam Indonesia menjadi obat.

oleh Benedikta Desideria diperbarui 30 Jan 2015, 18:00 WIB
Diterbitkan 30 Jan 2015, 18:00 WIB
Jamu Herbal 2 (Liputan6.com/M.Iqbal)

Liputan6.com, Jakarta Indonesia memiliki ribuan tanaman yang dipercaya berkhasiat. Sambiloto, kumis kucing, mahkota dewa, mengkudu, adalah sedikit dari banyaknya tanaman tersebut. Lalu banyak yang mengolahnya sebagai jamu, namun hanya sedikit perusahaan yang berminat untuk menjadikannya sebagai obat.

Direktur Eksekutif DLBS Dexa Medica sekaligus ahli biomolekul perusahaan farmasi ini, Raymond Tjandrawinata, menyatakan untuk bisa menjadikan herba menjadi obat (fitofarmaka) perlu dukungan biomolekular teknologi.

"Jika sebuah perusahaan ingin membuat obat dari bahan-bahan alam tanpa menggunakan biomolekular teknologi itu sama saja dengan main-main," terang Raymond ditemui di Gedung DLBS Dexa Medica, ditulis Jumat (30/1/2015).

DLBS Dexa Medica berkomitmen untuk terus mengembangkan bahan-bahan alam Indonesia menjadi obat yang berguna bagi banyak orang, tak cuma warga Indonesia tapi juga dunia.

Keberanian Dexa Medica mengembangkan bahan-bahan alam menjadi obat karena perusahaan farmasi ini melakukan proses TCEBS (Tandem Chemistry Expression Bioassay System) dalam penelitian ini. TCEBS merupakan suatu metodelogi penyaringan sistematis untuk menemukan kandidat yang paling aktif dan berpotensi untuk produk yang tengah diteliti. Hal ini bisa mengurangi risiko kegagalan pada saat uji klinis.

Hingga kini, Dexa Medica telah menghasilkan dua produk dari enam obat berbahan alami (fitofarmaka) yang ada di Indonesia. Dan akan terus mengembangkan bahan-bahan alam menjadi fitofarmaka.

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya