Liputan6.com, Jakarta Pakar Urologi Rumah Sakit Siloam ASRI, Dr dr Irfan Wahyudi, SpU(K) mengatakan, ada empat jenis kelainan genital pada anak laki-laki yang harus diketahui sejak dini. Dari yang tergolong ringan, hingga kondisi yang memerlukan tindakan rekonstruksi.
"Maka itu, orangtua diimbau mengenali dan memahami ragam kelainan genital tersebut. Jika cepat menyadarinya, dianjurkan mengonsultasikannya ke dokter," kata Irfan dalam diskusi `Kenali dan Pahami Kelainan Genital pada Anak Laki-laki Sejak Dini` di Hotel Aryaduta, Jakarta, Kamis (28/5/2015).
Baca Juga
Berikut empat jenis kelainan genital pada anak laki-laki yang harus diwaspadai:
Advertisement
Mikropenis
1. Mikropenis
Kasus mikropenis, jelas Irfan, disebabkan sejumlah faktor, termasuk faktor hormonal sejak anak masih di kandungan.
"Diagnosa mikropenis baru dapat ditegakkan jika ukuran penis anak yang baru lahir cukup bulan sangat kecil, kurang dari dua sentimeter, tanpa disertai kelainan struktural," kata Irfan menerangkan.
Standar pengukuran penis adalah Strecthed Penile Length (SPL). Panjang penis diukur dari basis penis sampai ujung glans, tanpa mengukur preputium.
Irfan menjelaskan, dari beragam studi mengenai kasus mikropenis, diketahui adanya zat kimia yang mengganggu atau mengubah fungsi endokrin yang disebut Endocrine Disrupter Chemicals (EDC)
"EDC dapat menghambat kerja androgen, terutama mengganggu substansi yang bertanggung jawab dalam pembentukan organ seksual, serta perkembangan karakteristik sekunder laki-laki," kata Irfan.
Advertisement
Inconspicuous penis
2. Inconspicuous penis
Dr. Arry Rodjani, SpU(K) menyebut kondisi ini dapat menjadi sumber masalah bagi orangtua dan anak.
Inconspicuous penis membuat batang kelamin tidak bisa keluar akibat menyatu dengan buah zakar. Padahal, ukurannya normal. "Kalau ditarik, ukurannya jadi normal," kata Arry.
Bahkan, kondisi ini pun diklasifikasikan lagi berdasarkan etiologi.
- Buried penis : Disebabkan salah satu atau lebih dari faktor etiologi. Di antaranya, fiksasi penopublik yang buruk pada kulit di pangkal penis, obesitas, dan inelastisitas dari dartos fascia.
- Concealed penis : Kondisi ini disebabkan defisiensi kulit penis atau tidak elastisnya dartos fascia.
- Ebbed penis : Kulit skrotum meluas sampai ke bagian ventral dari penis. Kelainan ini dapat diakibatkan ikatan antara penis dan skrotum yang tidak normal.
- Trapped penis : Merupakan bentuk inconspicuous penis di mana kulit penis setelah sirkumsisi membentuk parut sirkumferensial pada distal atau setingkat glans.
- Congenital megaprepuce : Pada kondisi ini ditemukan adanya stenosis pada meatus prepusium proksimal, sehingga menciptakan difisiensi kulit batang penis yang relatif.
Hipospadia
3. Hipospadia
Kondisi ini membuat letak lubang kencing tidak di ujung kepala penis, melainkan di bawah, pada leher kepala penis (tipe koronal), pada batang penis (tipe penil), perbatasan pangkal penis dan kantung kemaluan (tipe penoskrotal), pada kantung kemaluan (tipe skrotal), bahkan di daerah antara kantung kemaluan dan anus (tipe perineal).
Advertisement
Undescended Testis (UDT)
4. Undescended Testis (UDT)
Undescended testis atau cryptorchidism adalah salah satu kelainan yang paling sering terjadi pada bayi laki-laki. Pada kelainan ini, testis tidak terletak di dalam skrotum. Angka kejadiannya yaitu pada 4-5 persen bayi laki-laki dengan umur kehamilan yang cukup, dan 20-33 persen pada bayi laki-laki prematur.
Terjadinya kelainan dari kontrol hormon atau proses anatomi yang diperlukan dalam proses penurunan testis secara normal dapat menyebabkan UDT. UDT dapat dibedakan menjadi palpable (teraba) dan nonpalpable (tidak teraba). Diagnosis UDT dapat diketahui melalui pemeriksaan fisik. Namun, jika testis tidak teraba, laparoskopi dapat dilakukan untuk menentukan posisi testis. Terapi hormonal untuk mengatasi UDT masih dalam kontroversi. Tindakan yang sering dilakukan adalah pembedahan yang disebut orchidopexy.
Tentu penundaan operasi adalah hak pasien karena pertimbangan tertentu, namun perlu diingat adalah jika operasi ditunda tentu ada risiko dan rasa nyeri dan tidak nyaman yang Anda alami juga akan terus berlangsung.
Tidak ada antibitoik yang dapat dikonsumsi untuk menangani kasus UDT. Selain itu peresepan antibiotik harus dilakukan atas dasar pemeriksaan langsung oleh dokter terlebih dahulu.