Anak Laki-laki yang Sudah Jalani Kemoterapi Sulit Jadi Ayah?

Benarkah anak laki-laki yang sudah menjalani kemoterapi bakal kesulitan menghamili pasangannya ketika dewasa nanti? Sulitkah jadi ayah?

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 23 Mar 2016, 14:00 WIB
Diterbitkan 23 Mar 2016, 14:00 WIB
20160216-Anak-Kanker-Indonesia-Jakarta-FF
Anak-anak bermain di rumah singgah Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia, Jakarta, Senin (15/2). Setiap hari 700 anak terdiagnosis kanker Hal ini menunjukkan kanker sebagai penyebab utama kematian pada anak di dunia. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Kabar kurang mengenakkan harus diterima anak laki-laki yang pernah menjalani kemoterapi akibat kanker. Hanya 50 persen dari mereka yang kelak berhasil menjadi ayah.

Penelitian yang dilakukan sejumlah pakar dari University of Washington di Seattle, Amerika Serikat, menemukan bahwa kemoterapi dapat mengurangi jumlah sperma. Oleh karena itu ketika pengidap kanker berusia dewasa akan ditawarkan perawatan kesuburan, seperti pembekuan telur atau sperma. 


Pemimpin studi dari Fred Hutchinson Cancer Research Centre di Seattle, Dr Eric Chow, mengatakan, teknik baru sedang dikembangkan termasuk pembekuan dari ovarium seorang perempuan atau mengambil sel induk anak laki-laki. Akan tetapi dokter jauh lebih tertarik untuk menghindari kerusakan kesuburan sejak awal.

"Kami sebagai ahli onkologi pediatrik masih perlu melakukan penelitian tambahan guna membahas kesuburan dan pelestarian kesuburan dengan pasien dan keluarga sebelum memulai pengobatan kanker," kata dia dikutip dari Daily Mail, Rabu (23/3/2016).

Secara khusus, kata Eric, semua anak laki-laki yang didiagnosis kanker setelah lewat masa pubertas disarankan untuk menyimpan sperma  di bank sperma untuk memaksimalkan pilihan reproduksi di masa depan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya