Manfaat Luar Biasa Saat Anda Belajar Bahasa Baru

Tahukah bahwa memahami bahasa menjadi salah satu fungsi yang paling sulit dilakukan otak.

oleh Retno Wulandari diperbarui 12 Jul 2016, 13:30 WIB
Diterbitkan 12 Jul 2016, 13:30 WIB
EEG Monitor untuk merekam fluktuasi tegangan dalam neuron otak
EEG Monitor untuk merekam fluktuasi tegangan dalam neuron otak (psychologytoday.com)

Liputan6.com, Jakarta Belajar bahasa asing, baik bahasa Inggris, Prancis, Jerman atau bahasa baru lainnya, sudah biasa dilakukan setiap orang. Namun, tahukah Anda bahwa memahami bahasa menjadi salah satu fungsi yang paling sulit dilakukan otak? Fungsi-fungsi seperti mengenali huruf dan kata-kata, mengumpulkan secara bersama-sama lalu kemudian memahami maknanya.

Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Neuroscience, seperti dikutip dalam Medical Daily, Senin (11/7/2016), menemukan bahwa otak dapat menggunakan kembali karakteristik dari bahasa ibu ketika kita belajar bahasa baru dan memberi kita kemampuan bertata bahasa sesuai bahasa yang dipelajari.

Para peneliti dari Nijmegen, Belanda, mencari tahu apa yang terjadi pada otak ketika seseorang menghabiskan waktu selama berjam-jam untuk belajar bahasa baru. Untuk mendukung studinya para ahli membuat bahasa mereka sendiri yang disebut “Alienese”. Ini untuk menunjukkan bagaimana informasi baru linguistik diproses di daerah otak peserta yang terbiasa menggunakan bahasa asli mereka.

Alienese terdiri dari satu set kata-kata seperti Josa (wanita), komi (pria), dan oku (foto). Kata-kata ini digabungkan dalam urutan yang baik atau tidak sesuai dengan urutan kata Belanda, bahasa ibu peserta. Sebagai contoh, kedua kalimat, "Komi oku Josa" (pria foto wanita) dan "Josa komi oku" (wanita pria foto), berarti, "Orang itu foto-foto wanita itu."

Muatan kalimat sesuai dengan urutan kata Belanda (dan Inggris), tetapi yang terakhir mengikuti pola gramatikal yang berbeda. Peserta diminta untuk membaca kalimat dengan perintah kata akrab dan asing disertai dengan gambar yang mengilustrasikan makna.

Para ahli menggunakan FMRI (Fungsional Magnetic Resonance Imaging), yakni perangkat yang mengambil gambar real-time dari aktivitas tubuh ketika seseorang melakukan suatu tindakan. Pencitraan dilakukan untuk menangkap bagaimana otak mampu menghapal kata-kata baru, belajar bagaimana menempatkan kata-kata gramatikal secara bersama-sama, serta mengintegrasikan mereka dengan pengetahuan linguistik yang ada.

Temuan para ahli kemudian mengungkap bahwa saat kata-kata asing yang diulang, aktivitas otak meningkat dalam wilayah jaringan otak, pada frontal gyrus kiri lebih rendah dan korteks temporal posterior yang diketahui terlibat saat bahasa asli peserta digunakan. Sementara itu ketika urutan kata familiar diulang, aktivitas otak menurun di wilayah ini, karena tumpang tindih tata bahasa antara bahasa asli peserta dengan bahasa asing (Alienese).

"Secara keseluruhan penelitian kami menunjukkan bahwa kita tampaknya menggunakan area otak yang sama untuk bahasa asli dan baru, sementara bahasa Alienese dipakai dalam proses yang terintegrasi ke dalam jaringan otak peserta," kata Kirsten Weber, penulis studi.

Otak mampu menggunakan kembali karakteristik bahasa ibu ketika bahasa baru diajarkan dengan tata bahasa yang sama. Jadi, jika urutan kata berbeda dari bahasa ibu, otak perlu membangun repertoar tata bahasa baru.

Setelah otak bilingual mampu menangani dua bahasa sekaligus, otak akan makin tajam dan membantu seseorang makin terampil berbicara. Otak akan mampu mengabaikan rangsangan yang tidak relevan, mengalihkan perhatian, dan menghambat mekanisme kognitif.

Ini adalah keterampilan yang membentuk sistem kontrol eksekutif otak, yang bertanggung jawab pada kemampuan berpikir tingkat tinggi, multitasking, dan kemampuan perhatian berkelanjutan. Jadi, tidak ada salahnya belajar bahasa baru, tidak peduli usia Anda.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya