Liputan6.com, Jakarta Pengalaman adalah guru terbaik dalam kehidupan manusia. Dan dokter berparas cantik ini turut merasakan segudang pengalaman berharga selama menjalani pendidikan di Filipina.
Bernama lengkap, Olivia Franciska Laksmana, dokter asli Semarang, Jawa Tengah ini bercerita, bagaimana dia--yang bukan berlatar belakang keluarga dokter bisa terlibat dengan kehidupan ekstrem di negara tetangga.
Baca Juga
Advertisement
Filipina memang bukan tujuan utama Olivia untuk melanjutkan studi setelah lulus dari Fakultas Ilmu Kedokteran di Universitas Tarumanegara, Jakarta. Sebelumnya, ia lebih tertarik untuk melanjutkan pendidikan di Jerman. Namun setelah bertemu seorang dokter di Malaysia, pikirannya pun berubah.
Saat mengantar papanya operasi jantung di Malaysia, Olivia ditawari untuk jadi dokter spesialis. Namun dia tidak langsung mengiyakan karena masih bingung akan melanjutkan kuliah dimana.
"Aku mikir kalau sekolah di Jerman kan keren ya.. Tapi dokter papa nyaranin di Filipina soalnya kedokteran di sana basicnya United State," kata wanita berambut panjang ini saat berbincang dengan Health-Liputan6.com di kediamannya, Senin lalu.
Berawal dari mimpi
Berawal dari mimpi
Keputusan untuk menjadi dokter, diakui Olivia, terjadi begitu saja. Saat lulus dari SMU Nasional Karang Turi, Semarang, dia sering menonton beberapa film dengan peran dokter sampai pada akhirnya ia bermimpi melihat dokter yang sedang berlarian. Kala itu orangtua Olivia juga menyarankan untuk melanjutkan pendidikan kedokteran agar bisa hidup lebih mandiri.
Tepatnya, 2009, Olivia berangkat ke Filipina dan melanjutkan studi spesialis di Jose R. Reyes Memorial Medical Center, Manila yang merupakan salah satu rumah sakit pemerintah.
Disanalah, awal mula Olivia mendapatkan pengalaman seru, mengharukan hingga menyedihkan sebelum akhirnya menjadi dokter di Semarang.
"Enaknya di sana itu pasiennya adalah masyarakat menengah ke bawah jadi pasiennya banyak dan aku bisa menangani macam-macam kasus di sana," katanya.
Kasus seram dan lucu
Empat tahun belajar di Filipina, Olivia menemukan segala masalah yang belum pernah ia hadapi sebelumnya. Belum lagi di sana ia harus menguasai bahasa Tagalog untuk berkomunikasi dengan pasien.
Meski sempat belajar bahasa Tagalog selama tiga bulan, Olivia tidak terlalu mengalami kendala bahasa karena sebagian besar pasien bisa berbahasa Inggris.
"Mostly pasiennya itu bisa bahasa Inggris karena mereka sekolah di sana aja pake bahasa Inggris kan jadi enggak ada kesulitan sih," tutur wanita berusia 31 tahun ini.
Namun, seketika wajahnya pucat kala menemukan sejumlah pasien yang memiliki kondisi kelainan genetik langka.
"Di sana kasusnya macam-macam, sampai aku pernah kirim paper research ke Boston tentang human genetic. Jadi pasien aku udah ngelahirin dua kali tapi bayinya ini harlequin ichthyosis (bayi tanpa kulit)," jelasnya.
"Rare case sih memang, tapi pas aku kirim profesor di sana nyuruh aku bawa sampel darahnya sama genetiknya suami-istri untuk diperiksa di sana. Tapi pasienku enggak mau," ujar mantan Putri Pariwisata Indonesia ini.
Bagi Olivia, Filipina merupakan negara berkembang yang tak berbeda jauh dengan Indonesia. Di sana masih ada kepercayaan masyarakat sekitar yang ingin melahirkan dengan dukun beranak atau disebut Hilot.
"Jadi kalau di Filipina, ada hilot. Dia (dukun beranak) itu motong tali pusatnya pakai bambu yang diruncingin. Terus misal vaginanya sempit kan biasanya kita dipotong terus dijahit, nah di sana enggak, di sana cuma digeser gitu," kata Olivia.
Olivia mengaku pernah menyaksikan langsung proses dari kelahiran bayi dengan metode hilot itu. Hingga saat ini masyarakat di bagian Selatan Filipina masih menggunakan metode tersebut lantaran masih minim pendidikan perihal persalinan.
Selain itu, karena Filipina adalah salah satu negara Catholic country yang melarang semua penggunaan alat kontrasepsi. Dia juga mengatakan, masih menangani pasien dengan kelahiran anak kesembilan hingga kesepuluh.
"Semua KB kan dilarang, kecuali natural seperti (sistem) kalender atau bersenggama terputus tapi kan susah banget. Pake cara itu angka kegagalannya tinggi. Jadi angka kelahiran di sana tinggi banget," ungkapnya.
Olivia pernah mendapat pasien berusia 41 tahun yang ingin melahirkan anak ke-12. Namun karena kondisi rahim sudah tidak normal akhirnya pasien mengalami pendarahan hebat dan terpaksa menjalani prosedur angkat rahim.
"Aku pernah juga ketemu sama pasien yang usia 48 tahun masih lahiran. Ada juga usia 10 tahun sudah ngelahirin. Ya tapi dia diperkosa sih tapi memilih dilahirkan, tapi kan kasihan banget" katanya dengan nada sendu.
Kasus ekstrem yang pernah ia tangani lainnya adalah ketika seorang nenek berusia 62 tahun mengalami robek di area vaginanya usai bersenggama.
"Lucu deh kalau di sana. Nenek itu pakai baju maunya yang seksi-seksi, pakai celana dalamnya juga yang seksi-seksi," katanya sambil tertawa.
Advertisement
Finalis Puteri Pariwisata
Finalis Puteri Pariwisata Indonesia
Tak hanya piawai membantu kelahiran pasien, wanita kelahiran 1984 ini juga memiliki penampilan fisik yang cantik memukau. Hal ini membuat dia terdorong untuk ikut kompetisi model pada 2008 silam.
"Aku enggak ada background modeling--tapi ya pengalaman sih, awalnya iseng-iseng. Jadi aku lulus dokter enggak tahu mau ngapain, aku coba ikutan Puteri Pariwisata Indonesia," ucapnya tersipu malu.
Namun sayangnya, ketika masuk karantina, Olivia gugur akibat tak mampu menguasai jalan di atas panggung yang mengharuskannya mengenakan sepatu hak tinggi 15 sentimeter.
"Aku paling enggak bisa catwalk, katanya aku jalannya guyung-guyung. Tapi lumayan sih pengalamannya, terus diajarin make up juga di sana," kenangnya sambil tersenyum.
Dalam menjaga tubuh, Olivia mengaku tak pernah ketinggalan mengonsumsi air mineral di pagi hari juga segelas jus buah dan sayur.
Di sela aktivitas padatnya, Olivia menyempatkan diri untuk melakukan perawatan kulit seperti spa dan massage. Olahraga juga tak pernah dilewatkan oleh Olivia, ia selalu menyempatkan renang atau melakukan aktivitas fisik lainnya seperti gym.
Tak bisa praktik
Tak Bisa Praktik di Indonesia
Sepulangnya mengambil spesialis di Filipina, Olivia tidak diizinkan untuk praktik di Indonesia karena status pendidikan di sana berbeda dengan Indonesia.
Di Indonesia, ada aturan yang tidak membolehkan dokter asing berpraktik di semua rumah sakit sebelum menjalani pendidikan khusus untuk mendapat gelar SpOG (gelar dokter yang merupakan kepanjangan dari Spesialis Obstetri dan Ginekologi).
"Nah untuk prosesnya masuk ke Indonesia itu aku harus adaptasi di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) Universitas Indonesia (UI) selama satu tahun. Setelah itu mereka lihat kompetensinya sama enggak gitu," jelasnya.
Namun berkat jerih payahnya, Oliva kini sudah berhasil menembus izin praktik spesialis Kebidanan dan Penyakit Kandungan di Rumah Sakit Columbia Asia, Semarang, sejak Januari 2016.
Selain berprofesi menjadi dokter, Olivia juga turut aktif menjadi pembicara dalam seminar atau sosialisasi kepada masyarakat awam tentang kandungan dan masalah organ intim, hingga menjadi pengajar bidan-bidan di Kudus dan Semarang.
Walau baru hitungan bulan, Olivia mengaku sudah mendapatkan pengalaman berharga. Beberapa waktu lalu ia berhasil menangani kelahiran bayi kembar dari seorang ibu yang memiliki penyakit jantung.
"Terus senangnya lagi pasienku yang baru ini dia udah lama enggak hamil, dia pernah di program sama dokter lain tapi enggak sukses. Kemarin dia datang ke aku, kita program lagi dan akhirnya hamil. Dia senang banget mungkin timing-nya lagi pas ya," ucapnya.
Tempat praktiknya sekarang memang berbeda dengan saat di Filipina. Di Semarang, ia berkesempatan praktik di rumah sakit bertaraf eksklusif.
Tak seperti di Filipina, pasien di Semarang cenderung memiliki pengetahuan dan ilmu yang lebih baik. Namun hal ini justru membuat dirinya rindu dengan pasien di Filipina.
"Pasien di sini well knowledged, well educated, jadi jarang banget nemuin kasus-kasus yang aneh. Ya aku lumayan kangen sih. Kangen nemuin suasana yang deg-degannya dan nemuin kasus-kasus menarik kayak di Filipina," tuntasnya.
Biodata
Nama : dr. Olivia Franciska Laksmana, SpOG
TTL : Semarang, 31 Januari 1984
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Kristen
Status : Menikah
Riwayat Pendidikan formal
1. Adaptasi Spesialis Obstetri dan Ginekologi, FKUI 2014 – 2015
2. Pendidikan Program Spesialis Obstetric and Gynecology,
Jose R. Reyes Memorial Medical Center, Manila, Philippine. 2009 – 2013
3. Pendidikan Kedokteran Umum, Universitas Tarumanegara 2001 – 2007
4. SMU Nasional Karang Turi, Semarang 1998 – 2001
5. SLTP Negeri 1, Kudus, Jawa Tengah 1995 – 1998
6. SD Masehi 1, Kudus, Jawa Tengah 1989 – 1995
Pengalaman kerja
1. Dokter di bagian neurology RS Husada – Prof. Bob Santoso Sp.S (EMG, EEG, Brain
Mapping specialty), 2008-2009
2. Praktek dokter umum, Jakarta, 2008 – 2009
3. Dokter Obgyn di RS. Columbia Asia, Semarang, Januari 2016 – Sekarang
Penghargaan
1. Peringkat kedua lulusan terbaik kedokteran umum, Universitas Tarumanagara 2007
2. Third runner up Putri Pariwisata Indonesia, 2008
3. Second place award Interesting case Presentation in Jose R.Reyes Memorial Medical
Center, Manila, Phillipines 2010
4. Finalist Interesting Case Presentation Contest in Midyear Convention Obstetrics &
Gynecology, Cagayan de Oro, Phillipines 2010
5. Guest Speaker dalam topic kesehatan reproduksi remaja pada hari AIDS sedunia,
Indonesian Embassy, Manila, Phillipines 2011
6. Guest Speaker dalam topic Cervical Cancer Awareness di Indonesian Embassy, Manila,
Phillipines 2012
7. Case Presenter of a rare case of Harlequin Syndrome in American Society Human
Genetics Convention, Boston USA 2013
Seminar dan pelatihan
1. Seminar dan Pelatihan “Pelatihan Keterampilan Melatih”, JNPK-KR FKUI-RSCM,
Jakarta, 2015
2. Seminar dan Pelatihan “Basic Ultrasound in Obstetric & Gynecology”, RSPAD GATOT
SUBROTO FKUI, Jakarta, 2015
3. Seminar Malam Klinik POGI JAYA “The New Way Out of Endometriosis”, Jakarta, 2014
4. Seminar “Workshop on Endometriosis Indonesia – Taiwan”, Jakarta, 2014
5. Seminar dan Pelatihan “Kursus Keterampilan Bedah Dasar Obstetri dan Ginekologi”,
KOGI, RSHS Bandung, 2014
6. Seminar dan Pelatihan “Kursus Basic Surgical Skill in Gynecologic Laparoscopy”,
KOGI, BITDEC Bali, 2014
7. Pelatihan Advanced Cardiac Life Support, Jakarta, 2009
Affiliasi
1. Anggota IDI Jakarta Barat 2008 – sekarang
2. Anggota Asosiasi Alumni Obstetric dan Gynecology FKUI 2015 – sekarang
3. Anggota Asosiasi Alumni JRRMMC, Manila 2013 – sekarang
4. Alumni Tarumanagara 2008 – sekarang
5. El John ( Miss Tourism Indonesia) 2008
6. IDI Semarang 2016 – sekarang
7. POGI Semarang 2016 – sekarang
Advertisement