Liputan6.com, Jakarta Di Amerika, satu dari 10 bayi lahir secara prematur di usia 20-37 minggu kehamilan. Normalnya, kehamilan berlangsung selama 40 minggu.
Tidak semua bayi yang lahir prematur bertubuh kecil dibanding bayi yang lahir cukup usia. Akan tetapi, bayi prematur lebih berisiko mengalami masalah pada fisik dan perkembangannya.
Baca Juga
Bayi-bayi yang lahir antara 23-28 minggu berisiko tinggi mengalami komplikasi, seperti celebral palsy, ADHD, kecemasan, asma, masalah penglihatan, pendengaran dan pencernaan. Selain itu, juga infeksi dan yang paling berbahaya adalah sindrom kematian bayi mendadak (SIDS).
Advertisement
Faktor-faktor seperti obesitas, merokok, alkohol dan penyalahgunaan obat serta terbatasnya cek kehamilan, membuat seorang wanita rentan melahirkan bayi prematur. Selain itu, wanita yang memiliki tekanan darah tinggi, preeklamsia, diabetes atau pembekuan darah dan wanita yang hamil dengan bayi cacat juga berisiko melahirkan prematur.
Namun, bagi banyak wanita faktor risiko tertentu tidak begitu jelas. Meski demikian, ada beberapa faktor risiko yang berisiko melahirkan bayi prematur seperti yang dilansir Foxnews, Rabu (28/9/2016) berikut.
1. Sejarah pribadi
Faktor risiko terpenting untuk melahirkan bayi prematur adalah riwayat melahirkan bayi prematur. Studi menunjukkan, wanita yang sebelumnya melahirkan bayi prematur, 30-50 persen cenderung berpotensi melahirkan kembali bayi prematur.
2. Jarak kelahiran
Studi menunjukkan kehamilan yang berdekatan dapat meningkatkan risiko melahirkan prematur. Bahkan, lebih dari setengah wanita yang hamil setelah 12 bulan melahirkan bayi, melahirkan kembali sebelum usia kehamilan mencapai 39 minggu. Peneliti mengatakan, waktu optimal antara kehamilan adalah 18 bulan.
"Semakin dekat dengan 18 bulan jarak antara kehamilan, kemungkinan lebih tinggi Anda memiliki kehamilan yang sehat," kata Dr Scott D. Berns dari National Institute for Children's Health Quality (NICHQ) in Boston.Â
Â
Bayi tabung
3. Bayi tabung
Banyak wanita memilih metode in-vitro fertilization (IVF) untuk hamil. Meski tidak jelas mengapa, wanita yang hamil melalui IVF tampaknya memiliki risiko untuk kelahiran prematur.
4. Kembar
Kelahiran prematur adalah komplikasi paling umum untuk wanita hamil bayi kembar. Sembilan puluh persen dari kembar tiga dan hampir semua kembar empat atau lebih, lahir prematur.
5. Leher rahim pendek
Wanita yang memiliki leher rahim pendek setelah menjalani electrosurgical excision procedure (LEEP), yang dilakukan tes untuk mengecek kanker atau sel abnormal, lebih berisiko melahirkan bayi prematur.
6. Depresi
Ibu yang depresi memiliki 30-40 persen berisiko melahirkan bayi prematur di usia 32-36 minggu.Â
Â
Advertisement
Bertubuh kurus
7. Bertubuh kurus
Meski kebanyakan wanita mengalami kenaikan badan saat hamil, sebanyak 21 persen wanita tidak mengalami kenaikan. Itu bisa meningkatkan risiko melahirkan prematur. Diet yang sehat dan olahraga yang baik bisa mencegah melahirkan prematur.
8. Infeksi
Infeksi seperti bakteri vaginosis yang disebabkan bakteri Mycoplasma dan Ureaplasma dapat meningkatkan risiko melahirkan bayi prematur. Streptococcus grup B merupakan faktor yang berisiko rendah melahirkan bayi prematur.
9. Polusi udara
Sebanyak 16 ribu kelahiran prematur telah dikaitkan dengan polusi udara di Amerika, menurut studi NYU Langone Medical Center.
Sangat penting untuk berkonsultasi dengan dokter terkait risiko melahirkan prematur, sehingga Anda bisa mencegahnya sejak awal. Anda juga bisa tanyakan kepada dokter tentang tes PreTRM terbaru, tes darah pertama, dan hanya menentukan risiko wanita untuk melahirkan mendadak. Sebuah penelitian di American Journal of Obstetrics and Gynecology menemukan, tes tersebut dilakukan saat minggu ke-19 atau ke-20 kehamilan dengan melihat dua jenis protein yang telah terbukti menjadi penanda efektif untuk wanita yang berisiko melahirkan bayi prematur.
(Aluna Swara)