Bahaya Sebut Nasi Jahat untuk Kesehatan dan Diet

Bagaimana kita menyikapi dalam hal menyantap nasi?

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 21 Okt 2016, 16:30 WIB
Diterbitkan 21 Okt 2016, 16:30 WIB
Bahaya Sebut Nasi Jahat untuk Kesehatan dan Diet
Bagaimana kita menyikapi dalam hal menyantap nasi?

Liputan6.com, Jakarta Praktisi Gizi Klinik, Kebugaran, dan Olahraga Rita Ramayulis kurang suka menyebut nasi jahat untuk kesehatan. Dia juga tak melarang pelaku diet untuk tetap menyantap nasi meski sedang menurunkan berat badan.

Bagi Rita yang paling penting selama melakukan diet adalah memperlakukan semua makanan sama, termasuk nasi. Dan pelaku diet harus pintar mengatur semua sumber makanan untuk dimodifikasi sehingga memberikan manfaat yang tinggi untuk keberhasilan suatu diet.

"Kalau kemudian kita bilang nasi itu jahat, kemudian orang lain tidak terbiasa untuk makan kentang, jagung, atau roti, misalnya. Maka orang itu berisiko mengalami rendahnya karbo," kata Rita saat dihubungi Health Liputan6.com pada Jumat (21/10/2016).

Jangan karena rasa takut yang berlebihan membuat tubuh tidak mendapatkan karbohidrat sama sekali, tidak bisa menyantap sumber karbohidrat selain nasi. Bagaimana juga otak kita membutuhkan glukosa yang berasal dari karbohidrat.

"Tentu menjadi mengkhawatirkan untuk satu kelompok orang tertentu. Kecuali, orang tertentu yang tidak terbiasa makan nasi kemudian bisa mengganti dengan roti gandum, itu tidak masalah," kata Rita.

"Tapi itu tidak berlaku umum karena tergantung pada kebiasaan seseorang," Rita menekankan.

Dengan kata lain nasi adalah bagian dari karbohidrat. Ketika nasi bisa diganti dengan sumber karbohidrat yang lain akan menjadi sangat baik.

"Tapi ketika tidak bisa, makan nasi menjadi perlu dikonsumsi sebagai sumber karbohidrat," ujar Rita.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya