100 Ribu Pasangan di Jawa Terindikasi Butuh Program Bayi Tabung

Angka itu menunjukkan tingkat infertilitas yang tinggi di wilayah Pulau Jawa.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 24 Okt 2016, 14:30 WIB
Diterbitkan 24 Okt 2016, 14:30 WIB
bayi tabung
bayi tabung

Liputan6.com, Yogyakarta Sekitar 100.000 pasangan usia subur di DIY dan Jawa Tengah terindikasi membutuhkan layanan bayi tabung. Angka itu menunjukkan tingkat infertilitas yang tinggi di wilayah Pulau Jawa.

"Populasi fertilitas di Indonesia tinggi, ada 10 sampai 20 persen pasangan yang kesulitan memiliki anak," ujar Ivan Sini, Sekretaris Jenderal Persatuan In Vitro Fertilitization (Perfitri), dalam jumpa pers peresmian Morula Info Jogja yang memberikan layanan informasi mengenai infertilitas, konsultasi, dan opsi perawatan di Yogyakarta, Minggu (23/10/2016).

Ivan menguraikan angka tersebut diperoleh dari perhitungan sebagai berikut; jumlah populasi usia subur di Indonesia mencapai 60 juta orang, separuhnya berencana memiliki anak atau sekitar 20 juta pasang. Dari jumlah tersebut, 10 persen pasangan kesulitan memiliki anak dan separuhnya memiliki kecenderungan mengikuti program pembuahan buatan.

Angka ratusan ribu di Jawa Tengah dan DIY, katanya, merupakan hasil perkiraan jumlah populasi di Jawa yang diisi seperlima total penduduk Indonesia.

Ivan Sini, Sekretaris Jenderal Persatuan In Vitro Fertilitization (Perfitri)

Asumsinya, seperlima dari 2 juta pasangan yang kesulitan memiliki anak membutuhkan layanan pembuahan buatan. Jika diambil rata-rata setiap bagian di pulau Jawa yaitu barat, tengah, dan timur, terdapat 100.000-150.000 pasangan.

"Dari pemeriksaan, permasalahan infertilitas 46 persen disebabkan oleh sperma, 43 persen wanita, dan sisanya adalah faktor-faktor yang tidak bisa dijelaskan," tutur Ivan.

Menurutnya, meningkatnya populasi infertilitas di setiap negara berbeda-beda. Di negara maju kebanyakan karena faktor usia, mengingat wanita di wilayah demografis tersebut baru berpikir punya anak saat berumur 39 tahun. Sedangkan di negara berkembang, termasuk Indonesia, karena perubahan lingkungan dan pola perilaku.

Ia menjelaskan, kebanyakan orang di Indonesia mengingkari kalau faktor perilaku seperti merokok bisa menjadi penyebabnya. Mereka kerap menunjuk orang lain yang tetap merokok tapi bisa memiliki keturunan.

"Kalau pasangan bermasalah dalam punya anak, merokok bisa memperparah kondisi itu," ucapnya.

Selain itu, hubungan seksual aktif sebelum menikah juga berpotensi menimbulkan infertilitas. Pasalnya, pasangan yang cenderung berganti-ganti pasangan memiliki peluang terkena penyakit menular seksual yang berpengaruh terhadap organ reproduksi.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya