Liputan6.com, Jakarta Nyatanya bukan hanya pria saja yang dapat mengalami disfungsi seksual, jutaan wanita di dunia pernah berada di fase rendahnya libido seks yang dikenal dengan Hypoactive Sexual Desire Disorder (HSDD).
Menurut Leah S. Millheiser, M.D., asisten profesor klinis bidang obstetri dan ginekologi serta direktur Female Sexual Medicine Program dari Stanford University Medical Center, HSDD terbagi menjadi empat kategori; masalah gairah, masalah orgasme, masalah nyeri saat berhubungan seks, dan masalah keinginan untuk bercinta.
Terjadinya HSDD berasal dari beberapa faktor seperti, psikologis wanita, emosi, stres, hingga trauma yang pernah mereka alami selama hidup.
Advertisement
Pada 2016, Harris Poll Survey mendapati 48 persen wanita premenopause berusia 21 hingga 49 mengalami penurunan gairah seks secara terus-menerus. Namun, Millheiser berpendapat angka tersebut bukanlah menjadi perkara besar. Sebab, ada masalah yang jauh lebih penting untuk diperhatikan.
"HSDD ini terjadi secara terus-menerus, semakin lama wanita akan mengalami masalah seks yang kronis dan berlangsung lebih dari enam bulan. Ini menyebabkan penderitaan," kata Millheiser.
Hingga kini penelitian masih terus dikembangkan, Millheiser mengatakan Stanford tengah melakukan penelitian untuk melihat ketidakseimbangan tingkat hormon di otak yang mengatur gairah seksual dan keinginan untuk bercinta.
Ketika hormon dopamin dan norepinefrin mengalami penurunan dan serotonin naik, maka libido akan menurun.
Untuk mengobati gangguan hasrat seksual yang dialami wanita ini, Sherry Ross, M.D., ob/gyn dan ahli kesehatan wanita di Santa Monica, California, sekaligus penulis dari buku berjudul She-ology: The Definitive Guide to Women’s Intimate Health mengatakan, "Memperbaiki hasrat seksual hanyalah dari otak Anda sendiri."
Namun, bagi penderita hypoactive sexual desire disorder di tingkat akut bisa menjalankan Hormone Replacement Therapy bersamaan dengan psikoterapi. Terapi hormon tersebut dapat berupa pil maupun krim untuk mengurangi rasa sakit dan kekeringan saat berhubungan seks dikutip dari Self, Rabu (22/2/2017).