Banyak yang Tuli, Begini Cara Manusia Purba Bertahan Hidup

Kehilangan pendengaran yang dialami manusia purba tetap membuat mereka bertahan hidup dengan saling merawat satu sama lain.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 25 Okt 2017, 15:30 WIB
Diterbitkan 25 Okt 2017, 15:30 WIB
Manusia
Manusia purba yang kehilangan pendengaran saling dirawat dengan temannya. (AFP/Vano Shlamov)

Liputan6.com, Baghdad, Irak Manusia Neanderthal atau manusia purba, yang dapat diklasifikasikan sebagai subspesies manusia (homo sapiens neanderthalensis) ternyata saling merawat satu sama lain tatkala di antara mereka ada yang kehilangan pendengaran. Mereka tidak dapat bertahan hidup, kecuali jika mereka memiliki teman.

Hal ini menurut analisis baru soal kerangka dari 50 ribu tahun lalu yang ditemukan di Irak. Meski kehilangan pendengaran, sebagian penglihatan dan bagian lengan kanan manusia Neanderthal berhasil hidup sampai usia 40-an.

Ini mungkin tidak tampak seperti kehidupan yang sangat panjang. Namun, hidup sampai usia 40 tahun jarang terjadi pada 50 ribu tahun yang lalu, dilansir dari Newsweek, Rabu (25/10/2017).

Ahli residen yang berbasis di Prancis dan Washington University itu menemukan pertumbuhan tulang pada telinga manusia Neanderthal, yang disebut Shanidar. Pertumbuhan itu akan membuat kotoran telinga menumpuk dan memengaruhi pendengaran.

Ketika tak bisa mendengar, Neanderthal mungkin telah berjuang saling berkomunikasi dengan teman-teman. Mereka juga akan kesulitan untuk berburu.

Manusia Neanderthal yang cacat karena hilang pendengaran ini bukan yang pertama kali ditemukan. Neanderthal lain yang kemungkinan menderita gangguan pendengaran ditemukan di Spanyol beberapa tahun yang lalu.

Simak video menarik berikut ini:

Peduli dengan sesamanya

Para ilmuwan juga menemukan Neanderthal memiliki ritual pemakaman sendiri, yang mengindikasikan, mereka peduli dengan anggota sesamanya.

Penelitian ini dipublikasikan di PLOS One pada 20 Oktober 2017.

Ilmuwan menganalisis kerangka manusia dilakukan Neanderthal antara tahun 1976 dan 1978 di National Museum of Iraq, Baghdad, Irak.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya