Ini Penyebab Orang Marah Dengar Suara Makan Berisik

Anda pernah kesal dengan suara orang yang sedang makan sup atau bernapas nyaring di samping Anda saat di bioskop?

oleh Melly Febrida diperbarui 21 Nov 2017, 10:00 WIB
Diterbitkan 21 Nov 2017, 10:00 WIB
Ilustrasi Orang Marah
Ilustrasi Orang Marah (iStockphoto)​

Liputan6.com, Jakarta Anda pernah kesal dengan suara orang yang sedang makan sup atau bernapas nyaring di samping Anda saat di bioskop? Ternyata itu semua akibat kelainan otak yang disebut misophonia.

Misophonia, sebuah kelainan yang membuat penderitanya benci terhadap suara seperti mengunyah, bernapas keras, atau bahkan mengulang klik pena. Kelainan ini pertama kali dikenal pada tahun 2001.

Selama bertahun-tahun, para ilmuwan telah skeptis apakah itu merupakan penyakit medis. Namun penelitian yang dipimpin oleh sebuah tim di Newcastle University Inggris telah membuktikan orang-orang dengan misofonia memiliki perbedaan dalam lobus frontal otak terhadap penyebab nonmedis.

Ini semua tercantum dalam sebuah laporan yang diterbitkan dalam jurnal Current Biology. Para ilmuwan mengatakan saat pemindaian penderita misophobia ditemukan perubahan aktivitas otak saat suara 'pemicu' terdengar.

Pencitraan otak menunjukkan orang dengan kondisi ini memiliki kelainan pada mekanisme kontrol emosional, yang menyebabkan otak mereka mengalami overdrive pada suara. Para periset juga menemukan suara pemicu dapat membangkitkan respons fisiologis dengan peningkatan denyut jantung dan keringat. 

 

Saksikan juga video berikut ini: 

 

Gunakan mesin MRI

Para peneliti menggunakan MRI untuk mengukur aktivitas otak orang dengan dan tanpa misofonia saat mereka mendengarkan berbagai suara. Suara itu dikategorikan menjadi suara netral (hujan, kafe yang sibuk, air mendidih), suara yang tidak menyenangkan (tangisan bayi, orang yang menjerit) dan suara yang memicu (suara bernafas atau makan).

Saat disajikan dengan suara pemicu, mereka yang mengalami misofonia mempresentasikan hasil yang berbeda dengan yang tanpa misofonia.

"Saya berharap ini akan meyakinkan para penderita," kata Tim Griffiths, Profesor Neurologi Kognitif di Universitas Newcastle dan UCL, dalam sebuah siaran pers seperti dilansir Time, Selasa (21/11/2017).

Dr Sukhbinder Kumar, dari Institute of Neuroscience di Newcastle University dan Wellcome Center for NeuroImaging di University College London mengatakan, pada banyak orang dengan misophonia, penelitian ini akan menjadi berita baik.

"Untuk pertama kalinya kami menunjukkan perbedaan dalam struktur otak dan fungsi pada penderitanya," ujar Dr Kumar.

"Penelitian ini menunjukkan perubahan otak kritis sebagai bukti lebih lanjut untuk meyakinkan komunitas medis yang skeptis bahwa ini adalah kelainan asli."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya