Cerita Dokter Spesialis Anak, Ajarkan Orangtua Asmat Buat Susu

Dokter spesialis anak di RSUD Agats, Asmat Papua menceritakan, dirinya dan dokter spesialis anak lain ajarkan orangtua Asmat buat susu.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 19 Jan 2018, 12:00 WIB
Diterbitkan 19 Jan 2018, 12:00 WIB
Gizi Buruk
Demi mendukung asupan nutrisi, dokter spesilis anak di RSUD Agats, Kabupaten Asmat, Papua memberi contoh cara membuat susu. (Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kementerian Kesehatan)

Liputan6.com, Jakarta Para orangtua di Asmat, Papua juga diajarkan cara membuat susu. Rupanya banyak orangtua di Asmat yang tidak paham membuat susu dengan baik dan benar untuk anak-anak mereka.

Hal tersebut diceritakan oleh dokter spesialis anak, Dimas Dwi Saputro, yang bertugas di RSUD Agats, Kabupaten Asmat, Papua.

“Adanya edukasi dan memberi contoh membuat susu ini karena banyak orangtua yang tidak paham membuat susu. Hal ini berpengaruh pada asupan nutrisi, yang tidak sesuai dengan kebutuhan anak,” kata Dimas, sesuai dalam rilis, yang diterima Health Liputan6.com, Jumat (19/1/2018).

Dimas melanjutkan, selama ditugaskan di RSUD Agats, ia tak hanya memberikan pengobatan campak dan gizi buruk dan mengajarkan membuat susu.

Ia juga memberikan edukasi soal perilaku hidup bersih sehat. Seperti cuci tangan yang baik dan benar, etika batuk di tempat umum (mulut harus ditutup) agar tidak menularkan kuman ke orang lain.

 

 

Simak video menarik berikut ini:

Pemberian makan tepat jadwal

Gizi Buruk
Di RSUD Agats, Kabupaten Asmat, edukasi perilaku gaya hidup sehat juga disosialisasikan. (Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kementerian Kesehatan)

Dalam merawat pasien, Dimas memastikan pemberian makan tepat jadwal. Di RSUD Agats, tak hanya pasien yang kena campak dan gizi buruk saja yang dirawat, ada juga pasien yang terkena penyakit malaria, diare akut, pneumonia, dan anemia berat.

“Di ruang bayi, ada bayi prematur kembar usia kehamilan 31 minggu, beratnya 900 gram dan 1000 gram. Saat ini, keduanya masih dipantau karena risiko hipotermia, kuning (hiperbilirubinemia),” ungkap Dimas.

Ia menyampaikan, seluruh pasien anak dalam kondisi yang stabil. Di ruang rawat inap, pasien didominasi anak-anak. Untuk anak yang kena campak, dibuat ruang khusus perawatan tersendiri.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya