Hikayat Penyakit Kusta dan Putri Raja dari Gowa

Gara-gara hikayat Putri Raja Gowa yang Terkena Kusta Ini Awal Mula Stigma terhadap pasien bermunculan

oleh Nilam Suri diperbarui 20 Mar 2018, 13:30 WIB
Diterbitkan 20 Mar 2018, 13:30 WIB
Ilustrasi Putri Raja dan Kusta (iStockphoto)
Ini Cerita Tentang Putri Raja dari Gowa yang Diasingkan karena Kusta. Dia Bisa Sembuh dari Kusta karena Jilatan Seekor Sapi (Ilustrasi/iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Zaman dahulu kala, tersebutlah seorang putri dari Kerajaan Gowa. Tidak ada yang mengetahui namanya, atau mendeskrikpsikan keindahan rupanya. Turun-temurun, masyarakat Gowa terus membicarakannya, tentang sang putri yang diasingkan ke Toraja, karena dia kena penyakit kusta.

"Ini hikayat, tidak tahu benar atau tidak," ujar Kepala Puskesmas Palangga, Kabupaten Gowa, dr Gaffar saat bertemu Health-Liputan6.com di Kantor Bupati Gowa menyambut kedatangan Yohei Sasakawa, Duta WHO untuk pengeliminasian kusta ditulis Selasa (20/3/2018)

"Tapi orang Toraja membenarkan. Katanya memang ada putri Gowa yang diasingkan di sana."

Gaffar melanjutkan, di Toraja putri yang terkena kusta ini kemudian dijilat lukanya oleh seekor kerbau. Kerbau ini kemudian dipercaya sakti, karena bisa menyembuhkan penyakit sang anak raja. Kerbau sakti ini disebut tedombonga.

"Sampai sekarang tedombonga jadi kasta sendiri, harganya sangat mahal."

Hikayat yang berkembang di masyarakat ini menjadi problema tersendiri,"Masyarakat masih banyak yang percaya, tedombonga punya kekuatan sakti menyembuhkan kusta."

 


Dampak Hikayat Putri Raja yang Terkena Kusta

Tak hanya cerita tentang kesaktian tedombonga ini masih beredar di masyarakat, hikayat tadi juga menciptakan stigma dan perlakuan negatif.

"Kalau ada orang kusta, mereka jadinya juga diasingkan, seperti si anak raja tadi,"

Itulah kenapa, menurut lulusan Fakultas Kedokteran dari Universitas Hasanuddin ini, perlu pendekatan khusus dan berbeda untuk menangani stigma kusta di Gowa.

"Ini bukan cuma masalah kesehatan, tapi juga sosial, sosial budaya. Jadi, tantangan program bukan cuma menemukan (penderita kusta baru), tapi juga stigma."

Menurut Gaffar yang sebelumnya menjabat sebagai penanggung jawab program Kusta di Propinsi Sulawesi Selatan, ada mata rantai kepercayaan yang harus diputuskan, untuk bisa menghilangkan stigma tentang kusta di masyarakat.

"Makanya saya harap, Pak Sasakawa kan sudah keliling dunia, bertemu dengan berbagai masalah tentang kusta. Semoga dia bisa membantu memberikan solusi untuk masalah ini."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya