Liputan6.com, Jakarta Jika merasa bahwa terlalu banyak foto selfie atau swafoto di media sosial, mungkin Anda harus berhati-hati pada "selfitis".
Dilansir dari Healthline pada Senin (9/4/2018), "selfitis" adalah istilah yang diciptakan untuk menggambarkan kebiasaan mengambil foto diri sendiri (selfie) dengan berlebihan, lalu mengunggahnya di Instagram, Facebook, Snapchat, dan situs media sosial lainnya.
Baca Juga
"Di masa remaja khususnya, hal itu bisa menjadi saat-saat penuh kecemasan sosial dan depresi," kata Heather Olsen, penasehat konseling di Kootenai Bridge Academy Idaho, Amerika Serikat.
Advertisement
"Dengan semua filter yang tersedia, sangat mungkin untuk membuat gambaran ideal. Foto yang bagus akan membuat diri Anda merasa baik. Jumlah 'like' yang didapatkan juga menciptakan perasaan lebih baik. Siklus itu menciptakan dorongan dopamin dan membuat kecanduan," tambah Olsen.
American Psychiatric Association (APA) sendiri telah menetapkan "selfitis" sebagai gangguan mental. Mereka menyatakan, pengambilan selfie secara berlebihan lalu mengunggahnya, adalah cara untuk mencari perhatian, mengimbangi rendahnya harga diri, dan kompensasi kurangnya hubungan dekat dengan orang lain.
"Kecanduan swafoto adalah ketika seseorang terobsesi mengambil foto narsis, beberapa kali sehari, lalu mengunggahnya ke apapun itu, Snapchat, Facebook, atau Instagram," kata Dr. Ramani Durvasula, profesor psikolgi di California State University Los Angeles, Amerika serikat.
Dia mengatakan, tanda bahaya harus dinaikkan jika separuh foto Anda adalah selfie, yang menggunakan filter untuk menjadikannya lebih baik.
Â
Simak juga video menarik berikut ini:
Â
Peningkatan Jumlah Bedah Plastik
Sebuah penelitian yang dipublikasi di jurnal JAMA Facial Plastic Surgery menyatakan, ahli bedah plastik melaporkan peningkatan jumlah orang yang meminta rekonstruksi wajah karena mereka tidak senang dengan hasil swafoto.
Anggota American Academy of Facial Plastic and Reconstructive Surgery mengatakan, 55 persen dari pasien mereka meminta operasi hidung, agar terlihat lebih besar dalam swafoto.
Elaine Ducharme, psikolog dari Connecticut, Amerika Serikat mengatakan, yang perlu jadi pertanyaan adalah, berapa banyak waktu dan energi yang dihabiskan untuk mengunggah swafoto.
"Apakah mereka melakukan ini sebagai carai berbagai yang sehat, atau hanya untuk menghitung jumlah 'likes' dan mendasarkan diri mereka dan mood pada tanggapan orang lain terhadap foto? Apakah ini satu-satunya koneksi mereka ke dunia luar? Dan, apakah mereka menghindari percakapan dan hubungan yang sesungguhnya?" kata Ducharme.
Advertisement