Tak Asal Minum, Pasien Boleh Konsumsi Antibiotik Jika Sudah Lakukan Ini

Perlu diagnosis yang tepat agar penggunaan antibiotik lebih bijak.

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 16 Nov 2018, 19:00 WIB
Diterbitkan 16 Nov 2018, 19:00 WIB
Obat PCC
Guna mengetahui apakah pasien membutuhkan obat-obatan yang bersifat antibiotik tidaklah sederhana. (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Guna mengetahui apakah pasien membutuhkan obat-obatan yang bersifat antibiotik tidaklah sederhana. Perlu diagnosis yang tepat agar penggunaan antibiotik lebih bijak.

"Dokter itu memberikan tatalaksana, seharusnya menegakkan diagnosis. Meskipun diagnosisnya bisa sementara atau langsung kepastian," ujar Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Ahli Mikrobiologi Indonesia (PAMKI) dr. Anis Karuniawati di Rumah Sakit Universitas Indonesia, Depok. Ditulis Jumat (16/11/2018).

Anis mengatakan, pasien boleh saja diberi antibiotik apabila sudah mendapat diagnosis sementara bahwa penyakitnya kemungkinan ditimbulkan oleh bakteri.

"Jadi diagnosis sementara biasanya berdasarkan tanya jawab dengan pasien, pemeriksaan fisik, kemudian pemeriksaan laboratorium yang cepat itu kan tidak lama. Di situ bisa ditegakkan diagnosis sementara, kemudian diberikan antibiotik," tambah Anis.

Anis juga mengatakan, apabila setelah pemeriksaan lanjutan seperti pemeriksaan mikrobiologi (jika diperlukan) tidak ditemukan adanya bakteri, pemberian antibiotik bisa dihentikan.

"Biasanya di hari ketiga atau di hari kelima keluar kalau sakitnya agak berat. Jika tidak ada yang tumbuh dan melihat kondisi pasien harus dihentikan, ya harus dihentikan," jelas dokter yang juga staf pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tersebut.

 

Pasien Berhak Menolak

Apabila bakteri di tubuh pasien sudah kebal terhadap antibiotik dan dibutuhkan obat lain, hal ini boleh dilakukan. Selain itu, pasien juga memiliki hak untuk menolak penggunaan antibiotik dari dokter apabila merasa bahwa penyakitnya tidak disebabkan oleh bakteri.

"Pasien punya hak untuk menolak antibiotik dalam resep dokter," tambah Dokter Spesialis Mikrobiologi Klinik dari Rumah Sakit UI dr. Budiman Bela.

Penyalahgunaan antibiotik sendiri bisa menyebabkan resistensi antibiotik. Hal ini membuat bakteri kebal sehingga mengancam kemampuan tubuh dalam melawan penyakit infeksi.

Untuk mengetahui apakah seseorang mengalami resistensi antibiotik, salah satunya juga harus melalui pemeriksaan laboratorium.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya