Dibanding Menerima, Kebahagiaan Lebih Awet dengan Memberi

Sebuah penelitian membuktikan pernyataan bahwa "memberi lebih baik daripada menerima"

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 21 Des 2018, 18:00 WIB
Diterbitkan 21 Des 2018, 18:00 WIB
Barack Obama Jadi Sinterklas
Mantan Presiden AS, Barack Obama memeluk seorang pasien anak di Children's National Medical Center , Washington, Rabu (19/12). Kedatangan Obama yang menyerupai sinterklas itu untuk membagikan hadiah natal kepada anak-anak di sana. (Chuck Kennedy / AFP)

Liputan6.com, Jakarta Memberi lebih baik daripada menerima. Jika selama ini pernyataan itu hanya bisa ditemukan dalam tulisan-tulisan motivasi, namun sebuah penelitian membuktikan bahwa hal tersebut memang benar memberikan kebahagiaan.

Dilansir dari Huffington Post pada Jumat (21/12/2018), para psikolog dari University of Chicago Booth School of Business dan University Northwestern Kellogg Schoolf of Management di Amerika Serikat membuktikan tentang hal tersebut. Penelitian ini melibatkan serangkaian eksperimen untuk melihat mana yang membawa kebahagiaan lebih lama. Memberikan hadiah untuk diri sendiri atau orang lain.

Di satu eksperimen, 96 peserta menerima lima dolar setiap hari selama lima hari. Mereka secara acak ditugaskan untuk membelanjakan uang itu untuk diri mereka sendiri atau orang lain. Termasuk memberikan uang tip di kafe atau sumbangan daring untuk amal. Yang pasti, mereka harus menghabiskan uang itu untuk hal yang sama setiap harinya.

Saksikan juga video menarik berikut ini:

 

Perasaan bahagia yang lebih lama

Anak Tentara Dalam Perayaan Natal
Anak-anak menerima hadiah saat acara Natal untuk anak-anak keluarga militer di Bucharest, Rumania, (21/12). Para ayah anak-anak tersebut sedang bertugas melayani misi pemelihara perdamaian internasional di National Military Circle. (AP Photo/Vadim Ghirda)

Studi yang dipublikasikan di jurnal Psychological Science ini menunjukkan, mereka yang berulang kali memberi kepada orang lain, kebahagiannya tidak akan menurun. Kegembiraan ini juga dirasakan dari sama kuatnya dari hari pertama hingga kelima.

Sebaliknya, peserta yang membelanjakan uangnya untuk diri sendiri melaporkan penurunan secara stabil dalam kebahagiaan mereka.

Di percobaan kedua, 502 peserta memainkan 10 putaran permainan puzzle di mana mereka akan memenangkan 0,05 dolar setiap putarannya. Mereka harus menyimpan uang itu atau menyumbangkannya untuk amal.

Kesimpulan yang sama juga ditemukan dalam eksperimen kedua. Perasaan bahagia karena kemenangan jauh lebih lambat menurun pada mereka yang beramal.

"Penelitian kami mengungkapkan bahwa hal semacam itu mungkin lebih penting daripada yang diasumsikan. Pemberian berulang, bahkan dengan cara yang sama untuk orang lain yang identik, bisa terus merasa relatif menyegarkan dan relatif lebih menyenangkan dengan kita melakukannya," kata rekan penulis Ed O'Brien.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya