Waspada, Ini Daerah-daerah yang Alami Peningkatan Kasus DBD

Tren peningkatan kasus demam berdarah dengue (DBD) terjadi di beberapa wilayah, yang cenderung berpotensi KLB DBD.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 16 Jan 2019, 13:00 WIB
Diterbitkan 16 Jan 2019, 13:00 WIB
Nyamuk
Data terbaru per Januari 2019, ada peningkatan kasus DBD yang terjadi di beberapa wilayah di Indonesia. (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Tren peningkatan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) terjadi  di beberapa wilayah di Indonesia. Direktur Jenderal  Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan Anung Sugihantono menyampaikan, adanya peningkatan tersebut dapat dikatakan cenderung mengarah pada potensi Kejadian Luar Biasa (KLB) DBD.

Laporan data Subdit Surveilans Kementerian Kesehatan per 14 Januari 2019 mencatat, daerah yang mengalami tren peningkatan DBD meliputi Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat; Kabupaten Maluku Tenggara Barat dan Kabupaten Aru; Toli-Toli, Sulawesi Tengah; Kabupaten Bone Bolanggo, Gorontalo; Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah; Bogor dan Depok, Jawa Barat.

Selanjutnya, kasus DBD meningkat di Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur; Kabupaten Pasang Kayu, Sulawesi Barat; Kabupaten Asmat, Papua; Berau, Paser, dan Kukar di Kalimantan Timur; serta Kaur, Bengkulu.

Kasus KLB DBD menjadi perbincangan panas pada akhir Desember 2018. Kementerian Kesehatan mendapatkan laporan kasus DBD yang terjadi di 22 provinsi. Adanya peningkatan kasus suspek DBD  menyatakan, DBD yang dialami kali ini termasuk dalam Kejadian Luar Biasa.

Menurut data Subdit Surveilans Kementerian Kesehatan, pada bulan November sampai Desember 2018, laporan KLB DBD terjadi di Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah dan Kabupaten Manggarai. Di Kabupaten Kapuas terdapat sebanyak 199 kasus  DBD. Pada Oktober 2018, ada 46 kasus DBD dengan 45 pasien menjalani rawat inap di RSUD Kabupaten Kapuas.

Di Kabupaten Manggarai Barat pada tahun 2018 tercatat, 672 kasus DBD. Kasus kematian DBD di wilayah tersebut dilaporkan ada 8 orang sampai Januari 2019. Antisipasi menangani DBD sudah dilakukan dengan fogging dan penyebaran larvasida—insektisida kimiawi untuk mencegah penyebaran nyamuk pembawa virus DBD.

 

 

Saksikan video menarik berikut ini:

Upaya tangani DBD

Cegah Nyamuk DBD, Petugas Lakukan Pengasapan-Jakarta- Helmi Fithriansyah-20170508
Petugas melakukan penyemprotan asap di salah satu gang di kawasan Menteng Atas dan Menteng Tenggulun, Jakarta, Senin (8/5). Penyemprotan asap dilakukan untuk mencegah perkembangbiakan nyamuk demam berdarah. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Untuk menangani peningkatan DBD, ada berbagai upaya yang dilakukan Kementerian Kesehatan dan dinas-dinas kesehatan di tiap provinsi. Saat memasuki musim hujan, yang juga diiringi intensitas curah hujan yang tinggi, Menteri Kesehatan mengirimi surat edaran kepada semua gubernur tentang kesiapsiagaan peningkatan kasus demam berdarah Dengue.

Surat tersebut bertujuan menggerakkan masyarakat untuk melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk Plus serta mengaktifkan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik pada 22 November 2018.

“Kami juga melakukan komunikasi Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, Kabupaten/Kota, Kabid P2P dan Penanggungjawab program Pencegahan dan Pemberantasan penyakit dinas kesehatan provinsi, kabupaten/kota,” kata Anung, ditulis Rabu, 16 Januari 2019.

Fogging dan pendataan temuan kasus DBD secara dini juga dilakukan.  Adapun peralatan dan perlengkapan untuk tangani DBD, yakni insektisida, larvasida, Rapid Diagnostic Test (RDT), media KIE, dan jumantik kit. RDT adalah tes untuk menemukan dan menentukan secara cepat, apakah penyakit memang DBD atau bukan.  Tes ini bisa dilakukan di fasilitas kesehatan primer. Ketika terjadi DBD, maka penanganan bisa langsung dilakukan.

Penanganan yang cepat dan segera dilakukan akan mencegah terjadinya kematian karena DBD. Untuk tindak lanjut penanganan DBD juga dilakukan di Kabupaten Manggarai Barat dan Provinsi Sulawesi Utara. Tindak lanjut dengan melibatkan Direktorat Surveilans, Karantina Kesehatan, Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer, Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat.

Insektisida dan larvasida serta RDT juga sudah dilakukan di Kabupaten Manggarai Barat. Pun begitu dengan Provinsi Sulawesi Utara, pengendalian vector nyamuk dan RDT sudah terpenuhi melalui anggaran APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota. Dinas kesehatan provinsi perlu memperkuat penanganan DBD di fasilitas-fasilitas kesehatan primer dan rujukan.

Kewaspadaan terhadap nyamuk aedes aegypti

Nyamuk
Masyarakat harus waspada terhadap nyamuk aedes aegypti. (iStockphoto)

Terkait wabah DBD yang tengah menyerang beberapa wilayah di Indonesia, masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap nyamuk aedes aegypti--pembawa virus dengue yang menyebabkan penyakit DBD. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik, Kementerian Kesehatan  Siti Nadia Tarmizi, M.Epid menyampaikan, masyarakat bisa menerapkan gerakan 3M+ untuk mencegah kembang biak nyamuk aedes aegypti.

“Gerakan 3M+ yakni menutup semua tampungan air atau sumber air, menguras bak mandi, dan mendaur ulang barang bekas,” jelas Nadia.

Tak hanya itu saja, barang bekas seperti ban bekas bila terdapat genangan air bisa menjadi tempat berkembangbiaknya jentik nyamuk. Barang bekas sebenarnya bisa didaur ulang menjadi barang bernilai. Hal ini mencegah perkembangbiakan nyamuk aedes aegypti. Cara lain menggunakan ikan pemakan jentik.

“Apabila di dalam rumah ada tanaman berisikan air. Air juga bisa menjadi tempat berkembangbiak jentik nyamuk penyebab DBD. Sebaiknya, perlu ada ikan pemakan jentik nyamuk yang dimasukkan ke sana,” Nadia melanjutkan.

Anung menambahkan, dinkes provinsi dan kabupaten/kota perlu melakukan promosi dan sosialisasi kepada masyarakat tentang kewaspadaab dan upaya pencegahannya. Pencegahan DBD juga bukan hanya peran dari Kementerian Kesehatan  saja. Tindak lanjut DBD, Kementerian Kesehatan meminta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan membuat surat edaran ke sekolah. Hal ini meningkatkan kesiapsiagaan DBD dengan pemberantasan sarang nyamuk di sekolah.

Serangan DBD pada musim kemarau

Menghilangkan bekas gigitan nyamuk
DBD juga menyerang manusia pada musim kemarau. (sumber: Pixabay)

Masyarakat juga perlu memahami, serangan DBD tidak hanya terjadi di musim hujan. Pada musim kemarau, nyamuk aedes aegypti juga bisa berkembangbiak bila ada genangan air.

“DBD pun rentan menyerang manusia di musim kemarau, kalau ada tempat genangan air pada barang bekas di gudang rumah atau bak mandi yang jarang dikuras,” kata Menteri Kesehatan RI Nila Moeloek di Jakarta pada Senin, 14 Januari 2019.

Kementerian Kesehatan juga melakukan tindakan pencegahan dengan Pemberantas Sarang Nyamuk (PSN).  Penanganan nyamuk aedes aegypti juga dengan menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air yang sulit dibersihkan, menggunakan obat nyamuk atau anti nyamuk.

Agar lebih aman dari gigitan nyamuk, masyarakat bisa menggunakan kelambu saat tidur. Menanam tanaman pengusir nyamuk serta mengatur cahaya dan ventilasi dalam rumah serta menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah dapat diterapkan. Pakaian yang menggantung menjadi tempat favorit nyamuk beristirahat.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya