Terapi Gagal Ginjal CAPD Belum Populer ketimbang Cuci Darah, Kenapa ya?

Terapi gagal ginjal CAPD di Indonesia belum populer ketimbang cuci darah, ada alasan yang menyebabkan hal itu terjadi.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 15 Mar 2019, 16:00 WIB
Diterbitkan 15 Mar 2019, 16:00 WIB
Lip 6 default image
Gambar ilustrasi

Liputan6.com, Jakarta Bagi pasien penyakit gagal ginjal di Indonesia, Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD) masih belum populer ketimbang cuci darah (hemodialisa). CAPD termasuk salah satu perawatan terapi gagal ginjal yang bisa dilakukan mandiri oleh pasien.

CAPD dapat dilakukan saat Anda melakukan kegiatan normal seperti bekerja atau sekolah. Anda dapat melakukan perawatan dengan menempatkan sekitar dua liter cairan pembersih ke dalam perut, kemudian mengeringkannya. Ini dilakukan dengan mengaitkan kantong plastik berisi cairan pembersih ke tabung di perut.

Ketua Umum PB Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PB PERNEFRI) Aida Lydia menjelaskan, pasien gagal ginjal yang melakukan terapi CAPD masih dua persen. Angka ini termasuk kecil, berdasarkan data PERNEFRI.

"Fasilitas pelaksanaan CAPD belum cukup. Meski di Jakarta dan Bali sudah banyak juga pasien yang menjalani hal itu. Ada beberapa kendala, yakni distribusi cairan pembersih, terutama di daerah-daerah terpencil. Cairan pembersih itu diantar ke rumah pasien," jelas Aida saat ditemui di Hotel JS Luwansa, Jakarta, ditulis Jumat, 15 Maret 2019.

Pelayanan CAPD juga harus memiliki beberapa sarana prasarana dan SDM. Dalam hal ini, pasien harus dilatih agar bisa mengganti cairan sendiri, tanpa harus ke rumah sakit.

Dilansir dari National Kidney Foundation, pasien perlu memahami kalau kantong plastik yang berisi cairan dapat menyebabkan gravitasi menarik cairan ke dalam perut. Kantong plastik pun harus rutin dilepas dan dibuang.

 

 

Simak video menarik berikut ini:

Ganti cairan sendiri

Ilustrasi Gagal Ginjal
Pasien gagal ginjal bisa ganti cairan sendiri. (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Proses terapi CAPD dengan mengganti cairan biasanya dilakukan tiga, empat atau lima kali dalam periode 24 jam selama aktivitas normal. Setiap pengggantian cairan memakan waktu sekitar 30 hingga 40 menit. Beberapa pasien suka mengganti cairan pada waktu makan dan sebelum tidur.

Aida juga menambahkan, pasien CAPD dapat mandiri mengganti cairan sebanyak 2 liter cairan ke dalam membran perut atau membran filtrasi.

Terapi CAPD berupa menanamkan selang yang terhubung antara perut bagian luar dengan ginjal. Selang tersebut dapat dikatakan sebagai pintu utama pertukaran cairan.

Dokter Alvin Nursalim dari KlikDokter menuliskan, yang perlu diperhatikan adalah kebersihan selama proses, baik dari ruangan yang digunakan, peralatan dan orang yang membantu proses CAPD.

"Proses penggantian cairan ada yang memakan kurang lebih 20-30 menit. Hal ini tergantung dari banyaknya cairan dan kecepatan cairan yang dapat dikeluarkan ataupun dimasukkan melalui selang," ujar Alvin dikutip dari KlikDokter.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya