Tak Banyak Tahu, Ini 4 Fakta tentang RA Kartini

Memperingati Hari Kartini, ini fakta seputar sosok RA Kartini.

oleh Liputan6.com diperbarui 21 Apr 2019, 06:00 WIB
Diterbitkan 21 Apr 2019, 06:00 WIB
[Bintang] Hari Kartini 2018, Ini Dua Makanan Kesukaan R.A. Kartini
R.A. Kartini. (istimewa)

Liputan6.com, Jakarta Hari ini tepat 21 April diperingati sebagai Hari Kartini. Tepat di tanggal ini pada 1879 lahirlah RA Kartini.

Jasa-jasanya dalam memperjuangkan kesetaraan antara prida dan wanita membuat RA Kartini dinobatkan menjadi salah satu pahlawan di Indonesia.

Tepat di hari ini, tak ada salahnya mengungkap kembali fakta sejarah mengenai RA Kartini, yakni:

1. Pandai berbahasa Belanda

Kartini juga mendapatkan kesulitan untuk bersekolah. Orang tuanya mengharuskan Kartini menimba ilmu hanya sampai sekolah dasar tapi ia bersikeras untuk belajar. Kartini mulai mengembangkan dengan belajar menulis dan membaca bersama teman sesama perempuannya, saat itu juga Kartini juga belajar bahasa Belanda.

Ketekunan dan keuletannya dalam membaca buku dan belajar melalui menulis surat, sampai akhirnya dia mahir berbahasa Belanda. Surat-surat RA Kartini yang dikirim untuk sahabat penanya banyak yang menggunakan bahasa Belanda yang menceritakan tentang keprihatinan dunia pendidikan di Jawa. Sampai akhirnya surat-surat Kartini dibuat buku yang berjudul 'Habis Gelap Terbitlah Terang'.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Juga Video Menarik Berikut


2. Berdarah biru yang tidak suka feodalisme

Kartini merupakan wanita keturunan bangsawan dari darah biru ayahnya, Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat yang merupakan Bupati Jepara. Ibunya, Ngasirah cuma seorang selir, karena berasal dari rakyat jelata.

Kartini menilai aturan yang menurutnya tidak masuk akal itu ia sangat benci dengan tata cara hidup feodal atau pedoman Jawa dan meninggalkan kebiasaan itu. Saat itu timbul keinginannya untuk memajukan perempuan pribumi, karena ia melihat bahwa perempuan pribumi berada pada status sosial yang rendah.

 


3. Memiliki Suami yang Mendukung

Perjuangan Kartini tidak berhenti setelah menikah dengan Raden Adipati Djojo Adiningrat, dia beruntung memiliki suami yang selalu mendukung akan cita citanya untuk memperjuangkan pendidikan dan martabat kaum perempuan. Dari situlah Kartini mulai memperjuangkan untuk didirikannya sekolah Kartini pada 1912 di Semarang.

Pendirian sekolah wanita tersebut berlanjut di Surabaya, Jogjakarta, Malang, Madiun, Cirebon. Sekolah Kartini didirikan oleh yayasan Kartini, adapun yayasan Kartini sendiri didirikan oleh keluarga Van Deventer dan Tokoh Politik etis.

 

4. Meninggal di usia muda

Perjuangan Kartini harus selesai di usianya yang terbilang muda, 25 tahun. Dia meninggal beberapa hari setelah melahirkan.

Dari hasil pernikahannya dengan Raden Adipati Djojo Adiningrat, Kartini dikaruniai seorang anak laki-laki bernama Soesalit Djojoadhiningrat pada 13 September 1904. Kartini dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang.

 

Penulis: Syifa Hanifah/Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya