Desa Bebas Api, Efektifkah Bangun Kesadaran Masyarakat agar Tak Bakar Hutan?

Program Desa Bebas Api, sejauh mana membangun kesadaran masyarakat agar tak bakar hutan.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 14 Agu 2019, 16:00 WIB
Diterbitkan 14 Agu 2019, 16:00 WIB
Kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di Riau
Kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di Riau (Liputan6.com/M Syukur)

Liputan6.com, Jakarta Salah satu upaya membangun kesadaran masyarakat terkait kebakaran hutan dan lahan (karhutla) dengan adanya program Desa Bebas Api. Program ini digagas oleh sektor swasta dan NGO yang membentuk Aliansi Bebas Api.

Kegiatan Desa Bebas Api diantaranya pemberian penghargaan (reward) bagi desa yang tidak terjadi kebakaran hutan, kampanye komunikasi penyadaran masyarakat soal bahaya asap, pembentukan tim patroli, dan pemantauan kualitas udara.

"Sampai sekarang program itu masih berjalan. Paling banyak diterapkan di lima kabupaten di Riau (Bengkalis, Pelalawan, Indragiri, Hilir, Meranti, dan Siak)," kata Advisor Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL) Program Kebakaran Hutan dan Lahan Dedi Hariri saat diwawancarai Health Liputan6.com ditemui di Jakarta, ditulis Rabu (14/8/2019).

Melalui Desa Bebas Api, upaya pencegahan menyasar masyarakat yang berada di sekitar kawasan rawan kebakaran hutan dan lahan. Ada pemberian insentif untuk desa binaan bebas api.

Reward tersebut diperoleh bila dalam satu tahun tidak terjadi kebakaran hutan dan lahan di sekitar wilayah mereka. Desa akan mendapatkan reward sebesar Rp100 juta.

"Kalau terjadi kebakaran hutan kurang dari 2 hektar, dikasih reward Rp5 juta. Maksimal tiga tahun pembinaan desa ini," tambah Dedi.

Simak Video Menarik Berikut Ini:

Bukan untuk Jangka Panjang

Kebakaran lahan di Riau yang mengepulkan kabut asap ke udara.
Kebakaran lahan di Riau yang mengepulkan kabut asap ke udara. (Liputan6.com/M Syukur)

Program Desa Bebas Api baru berjalan sejak 2015. Dedi menilai, upaya Desa Bebas Api untuk menyadarkan masyarakat soal kebakaran hutan memang ampuh dalam jangka pendek, bukan jangka panjang.

"Untuk jangka pendek berhasil. Makanya, reward paling banyak selama tiga tahun (tiga kali untuk satu desa binaan). Biasanya mereka punya desa binaan, ada 10 sampai 20 desa," komentarnya.

Setelah pemberian reward habis, upaya penyadaran asap kebakaran hutan melalui kegiatan lain yang bersifat mendidik. Misal, upaya penyadaran asap dengan sosialisasi ke sekolah-sekolah. Ini supaya anak punya pengetahuan, bagaimana menghadapi asap kebakaran.

"Upaya jangka panjang lain diimbangi dengan memberikan bantuan pertanian dan sosialisasi supaya masyarakat tidak membuka lahan dengan cara membakar. Bantuan bibit pertanian juga dilakukan," Dedi menambahkan.

Sejumlah program jangka panjang di atas bersifat berkesinambungan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya