Liputan6.com, Jakarta Hati Heri (bukan nama sebenarnya) lega saat melihat hasil PET Scan—pemeriksaan lebih rinci melacak sumber penyakit—sel kanker (tumor ganas) pada paru-paru hilang sepenuhnya. Pengobatan imunoterapi kanker yang ia jalani selama setahun mampu berjalan dengan baik. Wajahnya sumringah, ia pun terbebas dari kanker paru stadium lanjut.
Walaupun sel kanker hilang, perjuangan Heri tidaklah mudah. Sebelum didera kanker paru, ia harus melawan gagal ginjal, yang berubah menjadi kanker pada tahun 2017. Demi mencapai kesembuhan kanker ginjal, pria berusia 70 tahun ini menjalani operasi. Bagian ginjal yang sudah diselimuti sel kanker diangkat.
Advertisement
Dengan nada rendah, kisah penyintas kanker Heri dituturkan dokter spesialis penyakit dalam, hematologi dan onkologi medik, Ralph Girson Gunarsa. Sesekali Gunarsa, terpaku sejenak, mengingat pasiennya. Heri termasuk salah satu pasien paling berkesan yang pernah ditanganinya.
Seakan belum 'bebas bernapas' dengan lancar, Heri mau tak mau berhadapan dengan kanker paru. Dan serangkaian terapi dan obat-obatan ‘kembali menjadi makanannya.’
“Saya punya pasien kanker paru stadium lanjut. Dia juga terkena kanker ginjal dan sudah sembuh. Tapi ditemukan tumor ganas pada paru-parunya,” cerita Gunarsa melalui wawancara khusus dengan Health Liputan6.com di ruang praktiknya di MRCCC Siloam Hospitals Semanggi, Jakarta beberapa hari lalu.
“Jadi, dia sebelumnya kena kanker ginjal. Sudah dioperasi angkat ginjal dan terapi ya sembuh. Tak lama setelah kanker ginjal, muncul sel kanker paru pada paru.”
Saksikan Video Menarik Berikut Ini:
Bukan Penyebaran dari Sel Kanker Ginjal
Ketika mendengar Heri yang sebelumnya menderita kanker ginjal, kemudian terserang kanker paru, orang lain mungkin berpikir: Apakah sel kanker ginjal itu bermetastasis (menyebar) ke paru-parunya?
Ya, mengingat sifat sel kanker yang terus membelah diri dan kian lama menyebar ke organ tubuh lain. Tahap menyebar jauh, khususnya pada pasien stadium lanjut terjadi. Mengejutkan, ternyata tumor ganas pada paru Heri bukan dari penyebaran sel kanker ginjal. Dia (sel kanker pada paru) muncul sendiri.
“Yang tumor kanker paru justru muncul baru, bukan penyebaran dari kanker ginjalnya. Kami melakukan pemeriksaan juga. Tidak ada penyebaran sel kanker ginjal. Sel kanker ginjalnya sudah ‘bersih’ (hilang),” Gunarsa menegaskan.
Kanker paru stadium lanjut pada Heri muncul pada tahun 2018. Artinya, setahun kemudian setelah ia sembuh dari kanker ginjal. Kenyataan hidup harus diterima Heri, yang tinggal di Jakarta. Ia menjalani kemoterapi untuk perawatan kanker paru.
Dalam tata laksana kanker paru juga berlaku. Bila pasien kanker stadium lanjut, perawatan terapi adalah solusi utama demi mempertahankan kualitas hidup. Lain halnya, kanker stadium dini, metode operasi dapat dilakukan. Ini karena ukuran tumor yang belum besar dan tidak tampak penyebaran.
Sayangnya, selang beberapa bulan kemoterapi, belum ada kemajuan yang baik. Efektivitas kemoterapi yang didukung pemberian obat tidak mempan terhadap sel kanker paru. Aktivitas si tumor ganas tak juga mereda.
Advertisement
Enam Siklus Imunoterapi
Sempat terdiam sebentar, Gunarsa kembali melanjutkan kisah pasiennya ini. Untuk menekan aktivitas sel kanker paru, Heri direkomendasikan terapi imun atau dikenal dengan sebutan imunoterapi. Imunoterapi masih pilihan pengobatan alternatif untuk kanker.
Terapi bertujuan memperkuat sistem imun. Ini karena jenis sel kanker sendiri termasuk sel yang tidak dikenali oleh sistem imun. Padahal, sistem imun bisa dibilang kompleks.
Ketika sel kanker ada di dalam tubuh, efek kehadirannya menyebabkan sistem imun tubuh bisa berjalan lambat atau sama sekali tidak berjalan. Berbagai penelitian luar negeri sudah membuktikan, imunoterapi efektif digunakan untuk pasien kanker paru stadium lanjut.
“Setelah dilakukan pemeriksaan, ternyata pasien ini (Heri) cocok diberikan imunoterapi. Pemberian selama enam kali siklus, yang mana pasien harus tiga kali seminggu diberikan obat imunoterapi,” ucap Gunarsa.
Pengobatan imunoterapi kanker yang teratur dilakukan Heri membuahkan hasil. Obat imunoterapi yang harus dimasukkan lewat injeksi (suntikan)—berbentuk cairan—berhasil menghambat pergerakan sel kanker paru. Sel kanker tidak lagi membelah diri, bahkan semakin hilang.
“Pemberian enam siklus imunoterapi sangat efektif. Usai pasien di PET Scan, boleh dibilang sel kanker yang ada di paru-parunya hilang. Sel kanker lama-lama mengecil, kemudian hilang,” terang Gunarsa sambil tersenyum simpul.
Sepenggal cerita sang pasien yang didengar Health Liputan6.com memberikan kesan, dokter Gunarsa yang sudah puluhan tahun menangani pasien kanker terlihat merasa senang. Bahwa pengobatannya bisa menolong pasien Heri, yang berusia lanjut untuk bertahan hidup.