Liputan6.com, Jakarta Pilihan nutrisi makanan sehat bagi pasien kanker yang menjalani terapi imun atau imunoterapi ikut mendongkrak kekebalan tubuh. Hal ini demi mendukung kualitas hidup pasien, khususnya kanker paru. Mereka tak hanya didukung obat imunoterapi dan rutin konsultasi ke dokter. Pandai menjaga asupan makan dapat diterapkan.
Ahli gizi Dedyanto Hengky Saputra yang fokus membahas nutrisi tepat untuk pasien kanker mengungkapkan, kebutuhan zat nutrisi bantu membangun sistem imun. Glutamin punya peran memberikan energi pada sel imun. Zat yang merupakan hasil proses dari glukosa ini memetabolisme sel.
Advertisement
Dari jurnal berjudul Control of Antitumor Immune Response by Cancer Metabolism, glutamin memainkan peran penting dalam metabolisme dan proliferasi (peningkatan dan kematian) sel kanker. Glutamin memproduksi glutathione, yang meningkatkan ekspresi enzim metabolik, menurut jurnal Cell yang ditulis Charlotte Domblides dari Bordeaux University dan dipublikasikan 31 Januari 2019.
“Glutamin diproses di sel-sel usus. Sel-sel antibodi dibentuk di sana,” ujar Dedy saat berbincang khusus dengan Health Liputan6.com, ditulis Kamis (19/12/2019).
Beberapa makanan kaya glutamin, seperti telur, susu, dan kacang-kacangan.
Simak Video Menarik Berikut Ini:
Diet Rendah Gula
Namun, glutamin tidak hanya diserap sel imun yang sehat, melainkan sel tumor. Glutamin rupanya mendukung pertumbuhan sel tumor. Pada artikel berjudul, You Can’t ‘Starve’ Cancer, but You Might Help Treat It With Food, yang terbit di The Atlantic, ujicoba baru-baru ini, metabolisme ditargetkan melalui berbagai pendekatan untuk mengubah apa yang orang makan.
Beberapa penelitian meminimalkan asupan gula. Bukan berarti pasien kanker tidak boleh konsumsi gula. Beberapa sel kanker memetabolisme glukosa pada tingkat yang lebih tinggi dari normal.
Diet rendah gula dapat membantu mengurangi akses sel kanker sehingga memperlambat pertumbuhan.
Advertisement
Vitamin yang Pengaruhi Nafsu Makan
Ada juga vitamin B12 asam amino yang bantu meningkatkan laju limfosit. Kerja limfosit akan maksimal dan menyingkirkan kuman yang masuk ke tubuh.
Limfosit salah satu jenis sel darah putih. Seperti halnya sel darah putih lainnya, limfosit sebagai bagian dari sistem daya tahan tubuh.
“Pasien kanker, termasuk yang menjalani imunoterapi bisa saja mengalami efek samping mual dan muntah. Dari kondisi ini kita bisa melihat pasien kanker sulit untuk makan. Nafsu makan berkurang dan tubuh kekurangan nutrisi. Vitamin B12 asam amino juga berpengaruh pada nafsu makan,” Dedy melanjutkan.
“Adanya vitamin B12 asam amino menstimulasi hipotalamus—bagian dari otak yang terdiri dari sejumlah nukleus dan sangat peka terhadap steroid dan glukokortikoid, glukosa, dan suhu. Saat hipotalamus dirangsang, gairah nafsu makan pasien kanker akan meningkat. Mereka jadi mau makan.”
Energi dari Protein
Selain glutamin dan vitamin B12 asam amino, nukleotida ikut berperan penting melawan sel kanker. Imunoterapi yang mengandalkan serangan sistem imun, dengan adanya nukleotida dapat memperkuat kekebalan. Tujuannya menyokong sistem imun menyingkirkan sel kanker.
Nukleotida berada pada inti sel, yang mana membentuk sel imun. Intinya, nukleotida menghasilkan energi, yang terbentuk dari protein.
Adapun makanan yang memaksimalkan kualitas hidup pasien kanker, lanjut Dedy, pilih makanan yang mengandung tinggi kalori dan protein. Sebut saja susu, daging sapi tanpa lemak, telur, dada ayam, dan brokoli. Sederet makanan tersebut juga mengandung vitamin B12 asam amino dan mampu menambah energi nukleotida.
Hindari makanan kalengan dan berbumbu terlalu tajam, misal masakan pedas dan berkari. Minuman yang berkalori ‘kosong’ seperti soda juga perlu dihindari.
Advertisement
Konsultasi dan Ketahui Efek Samping
Meski ada rekomendasi nutrisi untuk pasien kanker paru yang imunoterapi, dokter spesialis penyakit dalam, hematologi dan onkologi medik, Ralph Girson Gunarsa secara khusus tidak memberikan saran ketat terkait makanan kepada pasiennya. Makanan apa saja yang harus dihindari atau dimakan kembali lagi kepada pasien masing-masing.
Ia menekankan, yang paling penting adalah konsultasi.
“Yang penting kita mengenali efek samping. Semakin cepat efek samping diketahui, maka semakin cepat pula untuk diobati. Beberapa pasien ada yang mengalami efek samping peradangan, itu dia langsung cek,” Gunarsa menekankan.
Sebelum menutup perbincangan di pagi hari yang cerah, Gunarsa berpesan agar pasien kanker tidak perlu cemas terhadap pengobatan, khususnya dalam imunoterapi. Keberhasilan imunoterapi mampu meningkatkan kualitas hidup. Imunoterapi pun diterapkan di luar negeri.
“Pasien saya yang menjalani imunoterapi bisa beraktivitas normal layaknya orang sehat,” tutup Gunarsa, yang ditemui Health Liputan6.com di ruang praktiknya di MRCCC Siloam Hospitals Semanggi, Jakarta.