Liputan6.com, Jakarta Tahun 2010, Denise Vicentin kehilangan bagian mata kanan dan sebagian tulang pipinya karena terkena kanker kulit. Ini membuatnya tak berani keluar di depan umum.
Selain kesulitan makan dan berbicara, kanker kulit meninggalkan lubang di wajah wanita 53 tahun itu. Dia selalu menangis ketika melihat bayangannya di cermin.
Baca Juga
"Sebelumnya, ketika saya berada di metro atau kereta, saya berusaha untuk tidak memperhatikan tatapan orang-orang," kata wanita asal Brasil itu seperti dikutip dari LAD Bible pada Sabtu (11/1/2020).
Advertisement
"Di tempat-tempat seperti arena bowling, saya merasa mereka melihat, dan orang itu bahkan akan pergi ketika mereka melihat saya," ujarnya.
Namun, baru-baru ini, para dokter di Paulista University Sao Paulo mengembangkan sebuah teknik rintisan. Cara ini lebih murah daripada wajah prostetik yang sempat ditawarkan ke Denise karena terlalu mahal. Hal inilah yang mengubah hidupnya.
Simak juga Video Menarik Berikut Ini
Tidak Dilepas Saat Tidur
Untuk melakukan operasi, dokter mengambil 15 foto wajah pasien dari sejumlah sudut. Lalu mereka membentuknya menggunakan model tiga dimensi digital.
"Di masa lalu, butuh kerja lebih lama, berjam-jam membuat patung dengan tangan, dan prosesnya sangat invasif, dengan bahan di wajah pasien untuk mendapatkan jejak tampilan mereka," kata peneliti utama, Rodrigo Salazar.
"Hari ini dengan gambar ponsel, kami membuat model tiga dimensi," tambahnya seperti dikutip dari Telegraph.
Seluruh proses itu memakan waktu hingga 12 jam. Itu sudah termasuk mencocokkan warna mata dan membuat kulit.
Sebelum dipasang, Vicentin mendapatkan beberapa rangkaian operasi, termasuk pemasangan kait titanium agar wajah buatan itu tetap pada posisinya. Meski membutuhkan operasi lain untuk rekonstruksi pada rahang dan bibir atasnya, dia merasa dokter telah memberinya sebuah "bagian yang hilang."
"Sudah lama saya melihat wajah yang kehilangan bagiannya, jadi saya sangat senang," kata Vicentin.
"Saya hanya melepasnya untuk membersihkannya. Saya bahkan tidur dengan itu."
Advertisement