Tanpa Tes COVID-19 yang Masif dan Cepat Bagi Nakes, Faskes Rentan Terbebani Krisis SDM

Skrining dan pengujian COVID-19 bagi tenaga kesehatan penting dilakukan agar mereka bisa memberikan pelayanan yang maksimal bagi masyarakat

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 22 Agu 2020, 16:06 WIB
Diterbitkan 21 Apr 2020, 19:00 WIB
Tenaga Medis Kota Bekasi Jalani Rapid Test Covid-19
Petugas menunjukkan hasil tes cepat (rapid test) pendektesian COVID-19 kepada tenaga medis di Stadion Patriot Candrabhaga, Bekasi, Jawa Barat, Rabu (25/3/2020). Pemeriksaan hanya diperuntukan bagi tenaga medis seluruh puskesmas, dan rumah sakit yang ada di Kota Bekasi. (Liputan6.com/Herman Zakharia)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Tenaga kesehatan merupakan pilar penggerak sistem kesehatan nasional di masa pandemi COVID-19. Mereka harus siap untuk memberikan pelayanan kesehatan dan tepat, serta sesegera mungkin kepada masyarakat.

Namun, keterbatasan kapasitas tes dan pelacakan kasus COVID-19 memunculkan risiko besar bagi tenaga kesehatan untuk dapat bertugas dengan aman di fasilitas kesehatan. Terlebih seringkali mereka dihadapkan pada situasi yang menuntutnya memberikan layanan kesehatan tanpa perlindungan optimal.

Akmal Taher, Ketua Kolegium Urologi Indonesia dan Penggagas Solidaritas Berantas COVID-19 (SBC) mengatakan bahwa situasi darurat bagi tenaga kesehatan tidak hanya disebabkan kelangkaan Alat Pelindung Diri (APD) saja namun juga terbatasnya fasilitas skrining dan tes.

"Saat ini, Jakarta tercatat memiliki lebih dari 10 juta populasi sementara ketersediaan RT-PCR (Real Time-Polymerase chain reaction) hanya sekitar 1.200 per hari," kata Akmal dalam siaran persnya dikutip Selasa (21/4/2020).

Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini

Tanpa Tes yang Masif, Faskes Terbebani

Virus Corona COVID-19 dari Mikroskop
Gambar menggunakan mikroskop elektron yang tak bertanggal pada Februari 2020 menunjukkan virus corona SARS-CoV-2 (kuning) muncul dari permukaan sel (biru/pink) yang dikultur di laboratorium. Sampel virus dan sel diambil dari seorang pasien yang terinfeksi COVID-19. (NIAID-RML via AP)... Selengkapnya

Akmal mengatakan, keterbatasan inilah yang membuat antrian tes menjadi panjang dan membutuhkan waktu lama untuk mengetahuinya. Ini juga rentan membuat tenaga dan fasilitas di kesehatan berisiko tinggi terpapar pasien positif COVID-19 tanpa sengaja.

"Penyebaran dapat ditekan bila kasus diketahui dan dilacak segera. Situasi ini menjadi alasan utama pentingnya skrining dan testing, di samping penggunaan APD lengkap serta penerapan perilaku hidup bersih dan sehat di kalangan tenaga dan staf fasilitas kesehatan," ujarnya.

"Tanpa kemampuan tes yang masif dan cepat, fasilitas kesehatan akan semakin dibebani oleh krisis sumber daya manusia kesehatan. Hal tersebut kemudian berdampak pada keterlambatan tata laksana medis dan meningkatnya beban kesakitan dan kematian."

Hal inilah yang mendorong SBC dan Center for Indonesia's Strategic Development Initiatives (CISDI) memberikan dukungan bagi tenaga kesehatan berisiko tinggi baik di Jakarta maupun luar Jakarta, dengan menyediakan bantuan berupa akses ke pemeriksaan seribu tes antibodi cepat, 4 ribu RT-PCR, serta pemberian APD lengkap dengan gratis.

Akan Memperluas Program

Pemkot Tangerang Lakukan Swab Test Corona Covid-19
Petugas mengamati alat swab spesimen saat swab test di halaman Laboratorium Kesehataan Daerah (LABKESDA) Kota Tangerang, Banten, Kamis (9/4/2020). Pemerintah Kota Tangerang melaksanakan swab test yang dilakukan untuk tenaga medis dan orang dalam pemantauan (ODP). (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Olivia Herlinda, Direktur Kebijakan CISDI mengakui memang mereka belum mampu memfasilitas semua permintaan yang masuk. Namun dia mengatakan, akan terus berupaya melakukan perluasan program ini.

"Melihat animo yang sangat tinggi, kami memetakan ada gap yang besar dalam skrining dan testing COVID-19, terutama terkait ketersediaan kapasitas maupun kecepatan hasil keluar, khususnya di kalangan tenaga kesehatan. Hal ini mendorong kami untuk terus memperluas program ini kalau bisa ke luar Jakarta agar dapat memberikan kesempatan skrining dan testing yang lebih cepat bagi tenaga dan staf fasilitas kesehatan," kata Olivia.

Adapun, pemeriksaan ini telah dimulai secara bertahap sejak 26 Maret lalu di mana, SBC dan CISDI bermitra dengan RS Islam Jakarta Sukapura, RS Islam Jakarta Pondok Kopi, RS Haji Jakarta, RS Cipto Mangunkusumo, RS Harapn Kita, dan RSUD Tarakan.

RS Islam Jakarta Pondok Kopi dan RS Haji Jakarta juga menjadi mitra kerja khusus untuk pengambilan spesimen bagi tenaga kesehatan dan staf fasilitas kesehatan lainnya di Jakarta.

"SBC akan terus meningkatkan pemeriksaan RT-PCR yang merupakan stnadar emas pemeriksaan COVID-19 hingga setidaknya mencapai 4 ribu tenaga kesehatan dan tenaga pendukung di fasilitas kesehatan termasuk yang berada di luar Jakarta," kata Arifin Panigoro, Anggota Dewan Pertimbangan Presiden RI dan Penggagas SBC.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya