Liputan6.com, Jakarta Deteksi COVID-19 secara garis besar dapat dilakukan dengan dua cara yaitu swab polymerase chain reaction (PCR) dan Rapid Test atau tes cepat. Namun, menurut ahli, tes swab PCR lebih efektif.
Seperti disampaikan dr. Astri Novita, Sp.PK, MARS spesialis Patologi Klinik. Menurutnya, PCR adalah pengecekan yang ideal karena langsung mencari virusnya.
Baca Juga
“PCR dilakukan dengan swab di hidung (nasofaring) dan tenggorokan untuk mengambil bagian kecil dari virus. Sedang, tes cepat melihat respon tubuh kita apa bisa melawan virus atau tidak,” ujar Astri dalam siaran langsung Instagram @rs.emc (29/4/2020).
Advertisement
Ia menambahkan, sensitivitas tes cepat hanya 60 persen. “Itu pun jika dilakukan setelah tujuh hari. Jika dilakukan sebelum antibodi terbentuk, sensitifitasnya hanya 11 persen.”
Lain halnya dengan tes PCR yang memiliki sensitifitas hingga 90 persen. Dengan kata lain, tes PCR memberikan hasil yang lebih baik.
Simak Video Berikut Ini:
Menurut Ahli Penyakit Dalam
Pernyataan ini disetujui oleh dr. Tessa Oktaramdani, Sp.PD Spesialis Penyakit Dalam. Menurutnya, jika tes cepat dilakukan sebelum 7 hari masa inkubasi, maka kemungkinan besar hasil tesnya negatif.
Masa inkubasi sendiri terkait dengan pembentukan antibodi secara alami dalam tubuh manusia untuk melawan virus. Membutuhkan waktu lima hingga tujuh hari untuk tubuh membentuk antibodi tersebut.
Jika tes PCR hasilnya negatif maka bisa dilakukan tes ulang demi memastikan. “Idealnya, lakukan tes dua kali berturut-turut di dua hari berbeda misal hari ini dan besok untuk memastikan hasilnya.”
Sedang, tes cepat yang hasilnya negatif bukan berarti benar-benar negatif. Ada kemungkinan ketika tes, antibodi belum terbentuk. Tes selanjutnya dapat dilakukan lagi tujuh atau sepuluh hari kemudian.
“Dengan catatan, selama masa itu jangan keluar rumah, lakukan isolasi diri,” pungkas Tessa.
Advertisement