Liputan6.com, Jakarta Dokter bedah di Inggris dilaporkan berhasil memasang kembali alat kelamin seorang pria usai organ tersebut telah putus selama hampir 24 jam. Enam minggu usai operasi, penis pria itu dilaporkan berfungsi dengan baik dan bisa kembali mencapai ereksi lagi.
Kasus ini dicatat dalam jurnal BMJ Case Reports. Pasien adalah seorang pria 34 tahun dengan riwayat skizofrenia paranoid.
Baca Juga
Dia dibawa ke para dokter bedah di University Hospitals Birmingham NHS Foundation Trust usai percobaan bunuh diri yang juga membuat alat kelaminnya terpotong. Dia tidak ditemukan selama 15 jam sebelum akhirnya dibawa ke rumah sakit.
Advertisement
Dikutip dari New York Post pada Jumat (3/7/2020), para dokter mengatakan bahwa sangat sedikit prosedur pemasangan kembali (replantasi) alat kelamin penis dalam sejarah. Hampir tidak ada yang bisa melakukannya tanpa pasokan darah selama lebih dari beberapa jam.
"Keberhasilan kasus ini harus mendorong ahli bedah untuk mencoba replantasi penis, bahkan dengan waktu iskemia yang lama (suplai darah yang tidak memadai), karena potensi keberhasilan dan efek fisik serta psikososial dari kehilangan organ pada pasien," tulis para dokter dalam laporannya.
Simak juga Video Menarik Berikut Ini
Replantasi Penis dalam Sejarah
Di jurnal tersebut, mereka menulis bahwa pembuluh darah utama yang mengalir di bagian atas penis bisa diidentifikasi dengan cepat dan masih berfungsi dengan baik.
Salah satu saraf utama putus terlalu jauh untuk dihubungan kembali, tetapi pembuluh yang terhubung mengembalikan darah ke jaringan penis di saat yang tepat.
"Aliran arteri terbentuk 8 jam setelah kedatangannya ke rumah sakit karena cedera yang terkait dengan pasien, sehingga membuat total waktu iskemia 23 jam," kata para dokter dikutip dari Science Alert.
Dalam sejarah, para dokter bedah umumnya hanya akan menjahit kembali penis pasien tanpa berusaha menyambungkan kembali saraf dorsal dan pembuluh darah. Namun, hal ini bisa menyebabkan gagalnya pemulihan sensorik dan jaringan parut di uretra.
Sebelumnya, kasus serupa dialami oleh seorang anak berusia 4 tahun yang harus menunggu 18 jam sebelum menjalani operasi. Sehingga, kejadian di Inggris ini merupakan "rekor" baru dari lamanya alat kelamin yang terlepas dari tubuh seseorang.
Dalam sebuah studi di 2015 menyatakan, penanganan kasus semacam ini juga harus disertai dengan pendekatan interdisipliner seperti keterlibatan urologi, operasi plastik, endokrinologi, dan psikiatri.
Advertisement