Anies Baswedan Libatkan Penegak Hukum Jemput Pasien COVID-19 yang Tolak Diisolasi

Pasien positif COVID-19 harus diisolasi di tempat khusus guna memutus rantai penularan di klaster rumah tangga

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 14 Sep 2020, 08:39 WIB
Diterbitkan 14 Sep 2020, 08:32 WIB
FOTO: PSBB Diperpanjang, PKL Tanah Abang Kembali Ditertibkan
Petugas Satpol PP melakukan sosialisasi saat menertibkan pedagang yang nekat berjualan selama masa pandemi COVID-19 di kawasan Pasar Tanah Abang, Jakarta, Jumat (22/5/2020). Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menambah PSBB selama 14 hari mulai tanggal 22 Mei 2020. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Epidemiolog dari Universitas Indonesia, Pandu Riono, menyambut baik kebijakan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, yang menurunkan aparat penegak hukum bersama petugas kesehatan untuk menjemput pasien positif COVID-19 yang menolak diisolasi di tempat yang telah ditetapkan.

"Karena klaster keluarga sangat tinggi sekali. Dan, hampir rumah-rumah di Jakarta ini tidak memungkinkan dilakukan isolasi di rumah," kata Pandu saat dihubungi Health Liputan6.com melalui sambungan telepon pada Senin, 14 September 2020.

Menurut Pandu, rumah-rumah di wilayah Ibu Kota tidak memenuhi syarat untuk pasien COVID-19 melakukan isolasi di rumah. Banyak yang tidak memiliki tempat khusus untuk memisahkan diri antara yang sakit dan keluarganya.

"Kalau mereka tinggal sendiri pun tidak ada yang mengawasi dan besar kemungkinan terjadi pelanggaran karena mereka tetap keluar rumah, berinteraksi dengan masyarakat lain," Pandu menambahkan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Simak Video Berikut Ini


Kebijakan yang Dibuat Anies Baswedan Sudah Tepat

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

Pandu menilai bagus kebijakan yang Anies buat. Dengan begitu dapat segera memutus rantai penularan virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19.

Pandu, mengatakan, apa gunanya melakukan testing, pelacakan, kalau masih ada orang-orang yang tidak mau melakukan iolasi di tempat khusus guna mencegah agar tidak terjadi penularan berikutnya.

Tak ada yang salah dari kebijakan tersebut sekali pun memiliki kesan keras lantaran melibatkan aparat penegak hukum.

"Dalam keadaan emergency hal tersebut boleh dilakukan. Itu boleh untuk melakukan penghentian agar tidak terjadi penularan," kata Pandu.

Lagipula, lanjut Pandu, di dalam Undang-Undang Karantina memungkinkan untuk melakukan itu.

"Maksudnya bahwa pemerintah boleh melakukan upaya-upaya untuk memutus rantai penularan. Itu kan bagian dari upaya tersebut. Mungkin nanti Pergub akan membuatnya supaya bisa diterapkan di wilayahnya," katanya.

 


Upaya Anies Baswedan Memutus Rantai Penularan COVID-19 di Klaster Rumah Tanggan

Anies Baswedan
Rencana pembukaan bioskop, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan tegaskan pelaku usaha bioskop harus patuhi protokol kesehatan saat konferensi pers di Graha BNPB, Jakarta, Rabu (26/8/2020). (Dok Tim Komunikasi Publik Satgas COVID-19)

Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, mengatakan, pasien positif COVID-19 yang menolak diisolasi di tempat yang telah ditetapkan akan dijemput langsung oleh aparat penegak hukum.

Kebijakan tersebut berlaku mulai hari ini, Senin, 14 September 2020, saat pengetatan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) mulai diberlakukan.

Menurut Anies, ini perlu dillakukan mengingat semakin banyaknya klaster penularan virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 terjadi di rumah tangga karena ada keluarga yang memilih isolasi mandiri di rumah.

"Klaster rumah ini sudah terjadi, karena tidak semua kita memiliki pengetahuan pengalaman untuk bisa menjaga agar kesehariannya tidak menularkan kepada orang lain," kata Anies Baswedan.

"Terkait dengan sarana isolasi, kita membutuhkan untuk bisa mengendalikan penularan agar makin terbatas dengan cara mereka mereka yang terpapar diisolasi," kata Anies seperti dikutip dari Antara.

Anies menyatakan Tower 4 dan 5 Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet Kemayoran dengan kapasitas lebih dari 2.500 kamar, dan disiapkan untuk menangani orang tanpa gejala (OTG) atau gejala ringan yang terpapar COVID-19.

"Kapasitas di sana lebih dari 2.500 kamar, pakai itu dulu dan disiapkan Tower 4 dan 5," kata Anies di Jakarta, Sabtu (12/9/2020).

 


Infografis Transportasi Publik Selama Pandemi COVID-19

Banner Infografis Transportasi Publik Jakarta saat PSBB Transisi. (Liputan6.com/Abdillah)
Banner Infografis Transportasi Publik Jakarta saat PSBB Transisi. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya