Sakit Kepala Tak Kunjung Reda, Dokter Temukan Larva Cacing Pita di Otak Wanita Australia

Temuan larva cacing pita di otak pasien ini kemungkinan menjadi kasus penyakit lokal pertama yang dilaporkan di Australia

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 13 Okt 2020, 20:00 WIB
Diterbitkan 13 Okt 2020, 20:00 WIB
Adanya Gangguan Sinkronisasi Informasi Pada Otak
Ilustrasi sakit kepala Credit: pexels.com/pixabay

Liputan6.com, Jakarta Para dokter di Australia menemukan adanya larva cacing pita di otak seorang wanita yang mengeluh sakit kepala tak kunjung mereda. Mereka tidak tahu apa yang menyebabkan kondisi itu mengingat pasien tidak memiliki faktor risiko.

Dalam catatan kasus yang dimuat di The American Journal of Tropical Medicine and Hygiene pada 21 September lalu, temuan ini diyakini sebagai penyakit yang didapatkan secara lokal pertama di Australia.

Dikutip dari Live Science pada Selasa (13/10/2020), wanita 25 tahun ini mengalami sakit kepala selama sepekan. Dilaporkan, ia kerap mengalami migrain dengan penglihatan kabur sejak usia 18 tahun.

Namun, sakit kepala yang ia rasakan beberapa waktu terakhir berbeda. Ia sudah mencoba menghilangkannya dengan minum obat tetapi gagal. Biasanya, kondisi itu akan sembuh apabila ia mengonsumsi obat. Yang ada malah penglihatannya menjadi lebih kabur.

MRI menunjukkan adanya lesi otak yang dicurigai sebagai abses otak atau tumor. Ketika mereka melakukan operasi, terungkap bahwa lesi tersebut adalah kista dan bukan merupakan jaringan manusia.

Dikutip dari Independent, dokter akhirnya mengangkat kista tersebut tanpa komplikasi. Namun pemeriksaan lebih lanjut mengungkapkan bahwa kista tersebut mengandung larva cacing pita.

 

Simak Juga Video Menarik Berikut Ini

Asal Larva Cacing Pita Timbulkan Pertanyaan

Ilustrasi kesehatan otak
Ilustrasi kesehatan otak (Photo by VSRao on Pixabay)

Pasien akhirnya didiagnosis dengan neurocysticercosis, penyakit parasit yang terjadi ketika seseorang menelan telur berukuran mikroskopis dari Taenia solium. Mereka juga dikenal sebagai cacing pita babi karena sering menyerang manusia yang mengonsumsi daging babi tak matang.

Centers for Disease Control and Prevention (CDC) di Amerika Serikat menyatakan, cacing pita ini banyak ditemukan di negara-negara Amerika Latin, Afrika, dan Asia. Di Australia, semua kasus dilaporkan pada mereka yang pernah bepergian di daerah endemik.

"Orang ini selalu tinggal di Australia dan tidak pernah bepergian ke luar negeri menuju negara endemik untuk T. solium," tulis para dokter dalam abstraksi laporannya.

Mereka mencatat bahwa orang memang bisa tertular neurocysticercosis dari kontak dekat dengan orang yang terinfeksi parasit tersebut dan tidak menjaga kebersihan tangan dengan benar karena telur cacing pita bisa keluar lewat tinja. Namun, pasien tidak melaporkan hal itu.

Spekulasi terbesar mereka adalah, karena wanita ini bekerja sebagai barista, ada kemungkinan ia terekspos saat sedang bekerja. Namun apabila itu benar-benar terjadi, maka temuan ini terbilang langka mengingat banyaknya orang yang bekerja di industri perhotelan Australia yang tidak mengalami infeksi ini.

Infografis Manfaat Detoks Kopi

Infografis Manfaat Detoks Kopi
Infografis Manfaat Detoks Kopi. (Liputan6.com/Lois Wilhelmina)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya