Studi Ungkap Kaitan Sindrom Long COVID dengan Kerusakan Paru pada Pasien COVID-19

Para peneliti mengatakan, mereka juga menemukan beberapa karakteristik unik dari SARS-CoV-2 yang mungkin bisa menjelaskan kenapa virus tersebut dapat menyebabkan 'long COVID'.

oleh Dyah Puspita Wisnuwardani diperbarui 04 Nov 2020, 10:00 WIB
Diterbitkan 04 Nov 2020, 10:00 WIB
Ilustrasi paru-paru/credit pixabay/oracast
Ilustrasi paru-paru/credit pixabay/oracast

Liputan6.com, Jakarta Sebuah studi terhadap paru-paru pasien COVID-19 meninggal menunjukkan pada banyak kasus terjadi kerusakan paru yang berulang dan meluas. Temuan tersebut dianggap dapat membantu para dokter memahami penyebab sindrom Long COVID, di mana pasien menderita gejala selama berbulan-bulan.

Para peneliti mengatakan, mereka juga menemukan beberapa karakteristik unik dari SARS-CoV-2 yang mungkin bisa menjelaskan kenapa virus tersebut dapat menyebabkan kerusakan semacam itu.

"Temuan-temuan ini mengindikasikan bahwa COVID-19 bukanlah penyakit yang semata-mata disebabkan oleh matinya sel-sel yang terinfeksi virus, melainkan konsekuensi dari keberadaan sel-sel abnormal yang bertahan lama di paru-paru," ujar profesor dari King's College London Mauro Giacca yang merupakan rekan peneliti.

Penelitian yang dimuat dalam jurnal Lancet eBioMedicine ini melibatkan 41 pasien yang meninggal akibat COVID-19. Sejumlah organ para pasien seperti paru-paru, jantung, lever, serta ginjal diteliti di University Hospital Trieste, Italia selama Februari hingga April 2020.

Menurut Giacca, meski para peneliti tidak menemukan gejala parah infeksi atau peradangan lama pada organ-organ lain, mereka menemukan proses kerusakan yang sangat cepat pada bentuk paru-paru. Kerusakan tersebut menyerang jaringan sehat sehingga nyaris seluruh paru-paru tergantikan oleh jaringan parut.

"Hampir bisa dipastikan bahwa salah satu alasan kenapa ada kasus long COVID karena terjadi kerusakan luas pada jaringan paru,"ujar Giacca pada Reuters.

"Meskipun seseorang pulih dari COVID-19, kerusakan yang dialami bisa jadi besar," tambahnya.

 

Saksikan juga video menarik berikut ini:

Pasien Menderita Gejala dalam Waktu Lama

Bukti yang berkembang dari seluruh dunia menunjukkan bahwa beberapa orang yang pulih dari COVID-19 bisa mengalami gejala dalam waktu yang panjang. Gejala tersebut meliputi kelelahan, kabut otak, serta napas pendek. Kondisi tersebut kerap disebut sebagai "long COVID".

Melansir laman Channel News Asia, Giacca mengatkaan hampir 90 persen dari 41 pasien yang diteliti memiliki beberapa karakteristik unik COVID-19 dibandingkan dengan bentuk pneumonia lain.

Salah satu pasien menunjukkan penggumpalan darah luas di arteri dan pembuluh darah paru. Kemudian pada paien lainnya, beberapa sel parunya menunjukkan bentuk tidak normal yang luas dan memiliki banyak benjolan. Bentuk tersebut merupakan hasil dari penggabungan banyak sel menjadi satu sel besar dari suatu proses yang disebut syncytia.

Menurut catatan studi, virus SARS-CoV-2 sendiri masih ditemui di banyak tipe sel dari organ pasien yang diteliti.

"Keberadaan sel-sel yang terinfeksi ini bisa menyebabkan perubahan struktur besar pada paru-paru yang diteliti, hal itu bisa bertahan selama beberapa minggu atau bulan dan pada akhirnya bisa menjelaskan 'long COVID'," jelas Giacca.

Infografis Protokol Kesehatan

Infografis Protokol Kesehatan Vaksin Terbaik
Infografis Protokol Kesehatan Vaksin Terbaik (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya