Liputan6.com, Jakarta 1,2 juta dosis vaksin COVID-19 CoronaVac yang dikembangkan perusahaan Tiongkok, Sinovac sudah tiba di Indonesia pada Minggu, 6 Desember 2020 malam.
"Vaksin ini buatan Sinovac, yang kita uji secara klinis di Bandung sejak Agustus 2020 yang lalu," kata Presiden Joko Widodo dalam keterangannya di siaran Youtube Sekretariat Presiden.
Baca Juga
Dikutip dari Live Science pada Senin (7/12/2020), vaksin COVID-19 buatan Sinovac sendiri terbuat berdasarkan versi virus corona SARS-CoV-2 yang tidak aktif (inactivated).
Advertisement
US Department of Health and Human Services (HHS) menyebutkan bahwa inactivated vaccines menggunakan versi patogen yang dimatikan. Ini berbeda dengan vaksin COVID-19 yang dikembangkan Oxford, yang menggunakan virus hidup namun dalam bentuk yang dilemahkan.
Namun, cara pengembangan vaksin memiliki kelebihan dan kelemahannya masing-masing.
Menurut HHS, pada umumnya, vaksin dari virus tidak aktif mungkin tidak memberikan perlindungan yang setara dengan vaksin dari virus hidup (live vaccines), sehingga memerlukan suntikan penguat dari waktu ke waktu.
Sementara vaksin dari virus yang dilemahkan, cenderung berisiko bagi orang-orang dengan sistem kekebalan yang lemah atau masalah kesehatan tertentu.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini
Hasil Uji Klinis Fase 1/2
Dilaporkan STAT News, Sinovac telah menggunakan cara pengembangan yang sama untuk membuat vaksin hepatitis A, hepatitis B, flu babi, flu burung, serta virus penyebab penyakit tangan, kaki, dan mulut.
Berdasarkan hasil uji klinis fase 1/2 yang dimuat bulan November di jurnal The Lancet of Infectious Diseases, CoronaVac buatan Sinovac yang diberikan dalam dua dosis dengan selang waktu 14 hari, dapat ditoleransi dengan baik, serta memicu respons imun pada peserta.
Namun, jumlah antibodi yang diproduksi sebagai respons terhadap vaksin masih lebih rendah daripada jumlah yang ditemukan pada penyintas COVID-19.
Vaksin Sinovac masih dalam proses uji klinis fase 3 di Brasil, Indonesia, dan Turki. Belum ada data dari tahap penelitian ini yang diumumkan secara resmi.
Di Indonesia, uji klinis vaksin COVID-19 Sinovac dilakukan di Bandung dan bekerja sama dengan perusahaan BUMN Bio Farma serta Tim Riset dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran. Sekitar 1.600 relawan terlibat dalam uji klinis ini, termasuk Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil.
Sementara di Brasil, uji klinis vaksin Sinovac sempat ditangguhkan karena ditemukannya "kejadian buruk yang parah" pada salah satu sukarelawan. Meski kemudian dilanjutkan kembali karena tidak adanya kaitan antara kasus tersebut dengan vaksin tersebut.
Advertisement
Uji Klinis pada Kelompok Lansia
Selain itu, mengutip Business Wire, Sinovac mengumumkan bahwa pada uji klinis fase 1/2 pada kelompok orang berusia 60 tahun ke atas di China, kandidat vaksin COVID-19 mereka menunjukkan keamanan dan imunogenisitas yang baik.
Hasil ini sebanding dengan hasil dari uji klinis sebelumnya pada orang dewasa usia 18 sampai 59 tahun.
"Saya sangat senang bahwa kandidat vaksin kami menunjukkan hasil yang menjanjikan, terutama pada sukarelawan lansia yang merupakan kelompok yang sangat rentan terkena dampak pandemi COVID-19," kata Weidong Yin, Chairman, President, sekaligus CEO Sinovac dalam keterangan resminya beberapa waktu lalu.
China sendiri telah menyetujui vaksin COVID-19 Sinovac untuk penggunaan darurat bersama vaksin lain yang dikembangkan Sinopharm.
Sinovac menyebut, sekitar 90 persen dari karyawan mereka dan keluarganya, telah mendapatkan vaksin tersebut di bawah program penggunaan darurat Tiongkok.
Infografis Menguji Calon Vaksin Covid-19 Sinovac
Advertisement