Penghujung Tahun 2020, Kemenkes Ajak Generasi Muda Lebih Menjaga Kesehatan Menuju Generasi Indonesia Sehat

Tahun ini terbilang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya karena terjadinya bencana kesehatan yang merenggut ribuan jiwa masyarakat, termasuk tenaga kesehatan. Hal ini merupakan kenyataan yang memprihatinkan.

oleh Gilar Ramdhani pada 31 Des 2020, 13:02 WIB
Diperbarui 31 Des 2020, 13:03 WIB
Ilustrasi pria
Ilustrasi pria

Liputan6.com, Jakarta Tahun ini terbilang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya karena terjadinya bencana kesehatan yang merenggut ribuan jiwa masyarakat, termasuk tenaga kesehatan. Hal ini merupakan kenyataan yang memprihatinkan.

Namun, kondisi saat ini menjadi momentum untuk mengubah perilaku masyarakat dan mendorong penguatan upaya kesehatan promotif dan preventif. Dibutuhkan keterlibatan dan peran aktif lintas sektor, perguruan tinggi, komunitas masyarakat, swasta, termasuk media massa, agar dapat membangun masyarakat yang produktif dan aman COVID-19 di era adaptasi kebiasaan baru. 

Oleh karena itu, tahun ini Kementerian Kesehatan RI mengusung tema "Satukan Tekad Menuju Indonesia", yang merupakan seruan kepada seluruh tenaga kesehatan dan segenap komponen masyarakat untuk terus bertekad dan berjuang keras menyelamatkan bangsa di masa pandemi COVID-19. Kementerian Kesehatan mengajak masyarakat agar tidak putus asa, tidak menyerah, dan tidak kendor dalam menjaga kesehatan diri.

Kemenkes Ajak Generasi Muda Waspada TBC

Ilustrasi batuk
Ilustrasi batuk

Selain ajakan untuk terus menjaga kesehatan di tengah situasi pandemi COVID-19, Kementerian Kesehatan didukung PT Johnson & Johnson Indonesia terus menggaungkan kampanye Ayo TOSS TBC (Temukan Tuberkulosis, Obati Sampai Sembuh) untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap penyakit TBC, termasuk pada pentingnya kepatuhan pengobatan sebagai kontrol penularan penyakit dan pencegahan terjadinya TBC RO.

Hal ini dikarena penyakit TBC tergolong penyakit infeksi menular dengan angka kematian yang cukup tinggi. Indonesia tercatat sebagai negara nomor tiga dengan pasien TBC terbanyak di dunia setelah China dan India. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI, pada tahun 2019 kasus TBC di Indonesia mencapai 845.000 jiwa dengan angka kematian cukup tinggi yakni 13 orang per jam orang meninggal karena TBC.

Seseorang yang menderita TBC harus disiplin menjalani pengobatan. Pasalnya jika tidak mematuhi aturan terapi dan minum obat TBC dengan benar, kondisi pasien bisa semakin memburuk dan bisa mengalami resistansi atau kebal terhadap obat antibiotik yang juga dikenal dengan penyakit TBC RO.

Ilustrasi penyakit paru-paru
Ilustrasi penyakit paru-paru

Kondisi penyakit TBC RO menandakan bakteri tidak lagi terpengaruh dengan reaksi antibiotik. Akibatnya, obat-obatan yang diberikan tidak lagi mampu untuk menyembuhkan infeksi bakteri. Karena itu, pengobatan pada pasien TBC RO menjadi lebih kompleks dan membutuhkan waktu lebih lama untuk sembuh dan memiliki efek samping lebih berat dibanding pasien TBC biasa.

Penyebab Pasien Mengalami TBC RO

Ada banyak faktor yang bisa menyebabkan seseorang mengalami TBC RO. Selain karena pasien tidak disiplin minum obat dan motivasi untuk sembuh rendah, penyebab lainnya adalah karena pemberian obat yang salah baik jenis obat, dosis hingga kualitas obat yang buruk.

TBC RO lebih berisiko terjadi pada seseorang yang sebelumnya pernah terkena penyakit TBC, daya tahan lemah, kontak dengan pasien TBC dan berasal dari daerah dengan kasus TBC RO yang tinggi.

Gejala Pasien TBC RO

Gejala TBC RO kurang lebih sama seperti pasien TBC pada umumnya, seperti batuk tak kunjung sembuh, batuk berdarah, sesak napas, nyeri di dada, mudah lelah, mengalami demam ringan, tidak nafsu makan hingga berat badan menurun drastis.

Gejala paling jelas dari pasien TBC RO tentunya adalah kondisi kesehatan pasien TBC yang tidak kunjung membaik, bahkan cenderung bertambah parah setelah menjalani pengobatan anti tuberkulosis.

Diagnosa Penyakit TBC RO

Diagnosis TBC RO dilakukan dengan melakukan pemeriksaan dahak menggunakan alat Tes Cepat Molekuler (TCM) dan diteruskan dengan pemeriksaan Uji Kepekaan Obat jika terbukti TBC RO. Tatalaksana pengobatan yang diberikan bagi pasien TBC RO tergantung dengan tipe resistansinya. Untuk pasien TBC RO dengan penyakit penyerta, maka tatalaksana menjadi lebih kompleks dan risiko kematian yang lebih tinggi jika tidak segera diobati dengan tatalaksana pengobatan yang tepat.

Pengobatan Terhadap Pasien TBC RO

Prioritas utama untuk menangani pasien TBC RO adalah dengan melakukan pengobatan sesegera mungkin di bawah pengawasan dokter yang lebih berpengalaman. Agar efektif, dokter menentukan dosis khusus untuk setiap jenis obat antituberkulosis. Kondisi pasien perlu dimonitor secara ketat oleh tenaga medis. Oleh karena itu, perlu menjalani pengobatan tahap intensif di fasilitas kesehatan.

Pasien tuberkulosis (TBC) dihimbau untuk tetap melanjutkan perawatan dan tidak putus obat karena pandemi COVID-19.  Apabila memang tidak bisa mendatangi layanan kesehatan, pasien bisa menggunakan jasa pemesanan obat tanpa harus datang ke layanan kesehatan. Namun, pasien yang telah mengalami Tuberkulosis Resisten Obat (TBC RO) diminta agar tetap datang ke layanan kesehatan terdekat. 

Penghujung tahun 2020 ini diharapkan menjadi momentum untuk kembali menyatukan tekad dalam mewujudkan Indonesia semakin sehat dan semangat memperjuangkan ketahanan kesehatan Indonesia. Komitmen dan upaya baik yang telah dilakukan untuk menjaga kesehatan diri, keluarga dan masyarakat perlu dipertahankan. 

Slogan Indonesia Sehat pun perlu terus digaungkan agar masyarakat dapat secara mandiri menjaga kesehatannya dengan berperilaku hidup bersih dan sehat, serta menerapkan protokol kesehatan. Mari kita awali tahun 2021 dengan kehidupan dan kesehatan yang lebih baik.

#ayotosstbc #satutekadmenujusehat #sehatuntuksemua #disiplinhidupsehat #sehatdimulaidarisaya #bersamasehatkanbangsa

 

(*)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya