Suntik Magic Mushroom, Jamur Tumbuh dalam Darah Pria di AS dan Sebabkan Kegagalan Organ

Pria tersebut bahkan mengalami kegagalan beberapa organ usai mengonsumsi jamur ajaib atau "magic mushroom" yang disuntikkan ke dalam tubuhnya

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 23 Jan 2021, 21:00 WIB
Diterbitkan 23 Jan 2021, 21:00 WIB
Suntikan/pixabay
Suntikan/pixabay

Liputan6.com, Jakarta - Seorang pria menyeduh teh dari "magic mushroom" dan menyuntikkan ramuan tersebut ke pembuluh darahnya. Akibatnya, ia dilarikan ICU dengan jamur yang tumbuh di darahnya.

Dalam sebuah laporan di Journal of the Academy of Consultation-Liaison Psychiatry pada 11 Januari 2021 lalu, keluarga pria 30 tahun itu membawa pasien ke ruang gawat darurat di Nebraska, Amerika Serikat, usai melihatnya seperti orang kebingungan.

Dikutip dari Insider pada Kamis (21/1/2021), dokter mencatat pria ini mengalami gangguan bipolar tipe 1, namun ia belum mengonsumsi obatnya. Hal itu membuatnya mengalami mania dan depresi.

Keluarga pasien menceritakan bahwa dalam kondisi yang terkait gangguan tersebut, dia mencoba mengurangi penggunaan opioid di rumahnya.

Saat itulah, pasien membaca tentang potensi psilocybin, obat yang ditemukan dalam jamur psikedelik atau lebih dikenal dengan nama "magic mushroom" atau jamur ajaib, untuk mengobat gejala depresi dan kecemasan.

 

Mengalami Kegagalan Organ

Ilustrasi ginjal
Ilustrasi ginjal (Photo by Robina Weermeijer on Unsplash)

Mengutip Live Science, pasien itu lalu merebus jamur tersebut dan menyaring airnya melalui kapas, sebelum disuntikkan ke tubuhnya. Beberapa hari kemudian, ia mengalami lesu, mual, kulit menguning, diare, dan muntah darah.

Saat dibawa ke gawat darurat, dokter melaporkan ia tidak bisa diwawancara karena kondisi mentalnya. Selain itu beberapa organ seperti hati dan ginjal, mengalami kegagalan.

Darahnya dinyatakan positif infeksi bakteri dengan mikroba Brevibacillus dan infeksi jamur dari Psilocybe cubensis, yang bisa diartikan bahwa jamur ajaib yang disuntikkan dalam tubuhnya bertumbuh dalam darah.

Pasien pun diberikan antibiotik dan antijamur. Namun, kondisinya yang parah membuatnya perlu bantuan ventilator setelah mengalami gagal napas akut. Beruntunglah, ia masih bisa selamat dan boleh kembali ke rumah setelah 22 hari selanjutnya dirawat di rumah sakit.

Usai dipulangkan pun, ia masih menerima resep obat yang harus dilanjutkan untuk waktu yang panjang.

 

Potensi Sebagai Obat Depresi

ilustrasi depresi persisten/unsplash
ilustrasi depresi persisten/unsplash

Penelitian memang menyebutkan bahwa psilocybin berpotensi menjadi pengobatan bagi depresi, kecemasan, dan penyalahgunaan zat. Hanya saja, hal itu harus dikonsumsi dengan dosis yang aman.

Dalam sebagian besar studi para ilmuwan memberikan obat tersebut dalam bentuk pil, meski beberapa kasus memberikannya lewat suntikan intravena, seperti tercatat di 2018 dalam jurnal Neuropharmacology.

Namun suntikan tersebut diberikan dalam dosis yang dikontrol ketat, dalam pengawasan medis, tidak mengandung jamur, dan senyawa psilocybin-nya sendiri tidak hidup, dan tidak tumbuh dalam tubuh.

Di AS sendiri, psilocybin masih diklasifikasikan sebagai "Schedule I substance." ini berarti, zat itu tidak diterima dalam pengobatan dan memiliki potensi penyalahgunaan yang tinggi.

Meski begitu, beberapa kota di AS telah mendekriminalisasi psilocybin. Pada November 2020, Oregon telah melegalkannya sebagai obat teraupetik.

Para dokter pun menulis bahwa kasus tersebut "menggaris bawahi perlunya pendidikan publik yang berkelanjutan mengenai bahaya yang menyertai penggunaan obat ini, dan obat-obatan lain, dengan cara selain yang diresepkan."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya