Liputan6.com, Jakarta - Peneliti Utama Uji Klinis Vaksin COVID-19 Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung, Prof Kusnandi Rusmil, menyebut, vaksin Corona berpotensi menimbulkan reaksi anafilaksis. Namun, ini sangat jarang terjadi.
Potensi terjadinya reaksi anafilaksis diperkirakan satu banding 1 juta orang.
Baca Juga
Kusnandi, menjelaskan, vaksin COVID-19 adalah vaksin yang tidak aktif, hampir mirip dengan vaksin Hepatitis B. Kedua vaksin tersebut memiliki kemungkinan menimbulkan reaksi tersebut, meski jarang terjadi.
Advertisement
āVaksin COVID ini kemungkinan akan terjadi anafilaksis ini rate-nya kira-kiraĀ satu sampaiĀ dua per 1 juta,ā kata Prof Kusnandi dalamĀ webinarĀ Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada Rabu, 3 Februari 2021.
Walau terlihat kecil, lanjut Kusnandi, tapi efek ini dapat menjadi masalah besar jika tidak ditangani. Dia, mengatakan, jika adaĀ lima juta orang divaksinasi, kemungkinan ada 10 orang yang terkena anafilaksis. Jika 100 juta orang, kemungkinan yang mengalami anafilaksis sebanyakĀ 200 orang.
āTapi itu sudah diantisipasi, kita lihat di tempat penyuntikan itu kan ada meja empat, setelah di meja empat penerima vaksin diminta menunggu 30 menit, reaksi berat itu akan datang di 30 menit pertama,ā Kusnandi menambahkan.
Itu sebabnya, di seluruh tempat penyuntikan vaksin Corona harus disediakan peralatan untuk mengatasi reaksi yang berat tersebut, katanya.
Ā
Ā
Ā
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Simak Video Berikut Ini
Antisipasi di Tempat Penyuntikan
Walau potensi kejadian anafilaksis sangat jarang, tapi peralatan lengkap harus tetap disediakan di seluruh tempat vaksinasi. Tujuannya, untuk membantu orang-orang dengan kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) ringan maupun berat.
Selain peralatan yang lengkap, setiap tempat vaksinasi COVID-19 juga harus menyediakan kendaraan seperti ambulans atau alat transportasi lainnya untuk memudahkan akomodasi penerima vaksin yang butuh penanganan dari tempat vaksinasi ke fasilitas kesehatan lain yang lebih lengkap.
āSarana transportasi untuk mengirim yang disuntik dan terjadi apa-apa ke sarana kesehatan yang lebih lengkap, ke rumah sakit dan sebagainya juga perlu disediakan di setiap tempat vaksinasi,āĀ Kusnandi menjelaskan.
Dikutip dari situsĀ Mayoclinic, anafilaksis adalah reaksi alergi yang parah dan berpotensi mengancam jiwa. Ini dapat terjadi dalam hitungan detik atau menit setelah terpapar sesuatu yang membuat alergi, seperti kacang atau sengatan lebah.
Anafilaksis menyebabkan sistem kekebalan melepaskan zat kimia yang dapat menyebabkan syok, tekanan darah turun tiba-tiba, dan saluran udara menyempit, menghalangi pernapasan.
Tanda dan gejala anafilaksis termasuk denyut nadi melemah atau lebih cepat, timbulnya ruam pada kulit, mual, dan muntah. Umumnya, anafilaksis dapat dipicu oleh jenis makanan tertentu, beberapa obat, racun serangga, dan lateks.
Advertisement