Studi: Polusi Udara Sebabkan 54 Ribu Kematian Dini di India Sepanjang Tahun 2020

Polusi udara menyebabkan sekitar 54.000 kematian dini di ibu kota India, New Delhi selama 2020.

oleh Liputan6.com diperbarui 22 Feb 2021, 11:00 WIB
Diterbitkan 22 Feb 2021, 11:00 WIB
Kabut Asap Beracun Kepung New Delhi
Penarik becak menembus kabut asap pekat yang menyelimuti jalan di New Delhi, Minggu (3/10/2019). Ibu Kota dari India tersebut sedang dilanda polusi udara yang sangat buruk sekaligus beracun pekan ini. (Photo by Sajjad HUSSAIN / AFP)

Liputan6.com, New Delhi - Berdasarkan studi yang dilakukan Greenpeace Southeast Asia Analysis dan perusahaan Swiss IQAir, polusi udara menyebabkan sekitar 54.000 kematian dini di ibu kota India, New Delhi, sepanjang.

Dengan jumlah tersebut, menjadikan New Delhi sebagai kota dengan tingkat kematian dini tertinggi akibat polusi udara, ketimbang kota metropolitan lainnya di dunia.

Dalam hasil studi yang dirilis Kamis (18/02/2021) tersebut, dijelaskan bahwa udara di India banyak dipenuhi oleh PM 2,5 atau Particular Matter 2,5, yakni partikel tak kasat mata yang ukurannya hanya mencapai 2,5 mikrometer.

Para peneliti yang melakukan studi tersebut mengatakan, PM 2,5 dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan, termasuk penyakit mematikan seperti kanker dan masalah jantung.

Bahkan, para peneliti juga mengungkap, bahwa udara yang dipenuhi dengan PM 2,5 dapat membuat seseorang lebih rentan terhadap infeksi COVID-19.

Capai Puncak Terparah Pada Bulan November

Di Delhi, jumlah PM 2,5 mencapai puncaknya pada bulan November 2020 lalu, yakni 30 kali di atas batas aman yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), data tersebut juga didukung dengan indeks kualitas udara yang ditetapkan pemerintah India saat itu.

Mengenai jumlah kematian yang ditimbulkan, tidak ada perbandingan dengan tahun 2019. Namun, berdasarkan jurnal pengobatan umum The Lancet, sekitar 1,67 juta jiwa hilang di India secara keseluruhan pada tahun 2019 karena udara beracun.

"Udara yang tercemar meningkatkan kemungkinan kematian akibat kanker dan stroke, lonjakan serangan asma dan memperburuk keparahan gejala COVID-19," ujar Juru Kampanye Iklim, Greenpeace India, Avinash Chanchal, dikutip laman Channel News Asia.

Sebenarnya, polusi udara di Delhi hampir menghilang pada paruh awal 2020, ketika pemerintah memberlakukan lockdown nasional untuk menahan penyebaran virus Corona.

Namun akhirnya polusi kembali meningkat setelah pemerintah India mencabut pembatasan pada akhir Agustus.

Total, selama 2020, rata-rata PM 2,5 di Delhi hampir enam kali di atas batas aman WHO.

Sementara itu, di wilayah lainnya di India, polusi udara juga menyebabkan sekitar 25.000 kematian dini di pusat keuangan India Mumbai pada tahun 2020.

"Kebutuhan saat ini adalah untuk dengan cepat meningkatkan energi terbarukan, mengakhiri emisi bahan bakar fosil dan meningkatkan sistem transportasi yang berkelanjutan dan dapat diakses," jelas laporan penelitian itu yang merujuk pada kota-kota besar di seluruh dunia termasuk di India.

 

(Penulis: Rizki Febianto)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya