Gus Baha Bagikan Doa Rasulullah, Cara Melihat Kehidupan dan Kematian

Menurut Gus Baha, doa ini mengajarkan umat Islam untuk memandang hidup sebagai kesempatan menambah amal saleh. Sebaliknya, kematian bukanlah sesuatu yang harus ditakuti, melainkan akhir dari segala keburukan yang mungkin dilakukan manusia.

oleh Liputan6.com Diperbarui 21 Mar 2025, 22:30 WIB
Diterbitkan 21 Mar 2025, 22:30 WIB
Gus Baha (TikTok)
Gus Baha (TikTok)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Setiap manusia memiliki cara pandang berbeda dalam melihat kehidupan. Ada yang memandang hidup sebagai perjalanan panjang yang penuh tantangan, ada pula yang melihatnya sebagai ladang untuk menanam kebaikan. Dalam Islam, kehidupan dan kematian memiliki makna mendalam yang harus dipahami dengan bijak.

Ulama kharismatik sekaligus sosok penting dalam PBNU KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau yang dikenal sebagai Gus Baha menjelaskan bahwa kehidupan seharusnya menjadi sarana untuk memperbanyak kebaikan. Dalam sebuah doa Rasulullah SAW disebutkan, "Ya Allah, jadikan kehidupan ini sebagai penambahan saya untuk berbuat baik, dan jadikan kematian sebagai akhir dari semua keburukan saya."

Menurut Gus Baha, doa ini mengajarkan umat Islam untuk memandang hidup sebagai kesempatan menambah amal saleh. Sebaliknya, kematian bukanlah sesuatu yang harus ditakuti, melainkan akhir dari segala keburukan yang mungkin dilakukan manusia.

Penjelasan ini disampaikan oleh Gus Baha dalam sebuah ceramahnya yang menyoroti makna kehidupan dan kematian dalam Islam. Ulama ahli tafsir tersebut menekankan bahwa manusia memiliki potensi untuk berbuat baik maupun buruk selama hidupnya.

Ceramah Gus Baha ini dirangkum dari tayangan video di kanal YouTube @takmiralmukmin, yang membahas bagaimana Islam mengajarkan umatnya untuk menghadapi kehidupan dan kematian dengan sikap yang tepat.

 

Promosi 1

Simak Video Pilihan Ini:

Saat Meninggal Biasanya Ulama akan Menanyakan, Meninggalnya Baik ya?

tata cara ziarah kubur ke makam orang tua
mengingat kematian ©Ilustrasi dibuat AI... Selengkapnya

Gus Baha mencontohkan bagaimana ulama-ulama NU menyikapi kematian seseorang, bahkan jika orang tersebut dikenal sebagai pelaku maksiat semasa hidupnya. Mereka tetap berusaha melihat sisi baik dari setiap orang yang telah meninggal itu.

Dalam sebuah kisah, Gus Baha menyebut bahwa ketika seorang bajingan meninggal, para kiai tetap menyaksikan kebaikan orang tersebut. Mereka meyakini bahwa kematian telah mengakhiri segala potensi keburukannya, sehingga tidak ada alasan untuk terus menghakimi orang yang sudah tiada.

Sikap ini mengajarkan bahwa manusia tidak boleh menganggap diri lebih baik dari orang lain. Setiap individu memiliki potensi untuk berbuat kesalahan, sehingga yang lebih utama adalah memperbaiki diri selama masih diberi kesempatan hidup.

Islam mengajarkan keseimbangan dalam menghadapi kehidupan dan kematian. Kehidupan adalah waktu untuk beramal, sementara kematian adalah titik akhir yang tidak bisa dihindari oleh siapa pun.

Dalam pandangan Gus Baha, hidup bukanlah tentang siapa yang paling lama bertahan, tetapi siapa yang bisa memanfaatkan waktunya untuk berbuat baik. Oleh karena itu, doa Rasulullah SAW tadi menjadi pedoman utama dalam menjalani kehidupan.

Di sisi lain, Islam juga mengajarkan bahwa manusia harus selalu sadar bahwa setiap perbuatan memiliki konsekuensinya. Amal baik akan mendapatkan balasan yang baik, sedangkan keburukan akan membawa dampak buruk, baik di dunia maupun akhirat.

Karena itu, Gus Baha menekankan bahwa selama hidup, seseorang harus berusaha menghindari keburukan sejauh mungkin. Jika suatu saat ajal menjemput, maka setidaknya ia meninggalkan dunia dalam keadaan yang lebih baik.

Dalam Islam, kematian bukanlah akhir segalanya. Sebaliknya, ia adalah pintu menuju kehidupan yang sesungguhnya di akhirat. Oleh sebab itu, manusia harus mempersiapkan bekal yang cukup agar mendapatkan tempat terbaik di sisi Allah SWT.

Persiapan Terbaik Manusia, Menurut Gus Baha

cara menguburkan jenazah
mengingat kematian ©Ilustrasi dibuat AI... Selengkapnya

Salah satu cara terbaik untuk mempersiapkan diri adalah dengan senantiasa mengingat kematian. Kesadaran akan kematian akan mencegah seseorang dari berbuat zalim dan mendorongnya untuk selalu melakukan kebaikan.

Selain itu, memahami makna kematian juga membantu seseorang untuk tidak terlalu terikat dengan urusan dunia. Hidup ini hanya sementara, dan segala yang dimiliki di dunia tidak akan dibawa ke alam kubur.

Sebaliknya, amal baik yang dilakukan selama hidup akan menjadi penentu nasib seseorang di akhirat. Oleh karena itu, selama masih diberi kesempatan hidup, manusia harus memperbanyak ibadah dan perbuatan baik.

Banyak orang merasa takut menghadapi kematian, tetapi Islam mengajarkan bahwa kematian adalah bagian dari kehidupan. Yang harus ditakuti bukanlah kematian itu sendiri, melainkan bagaimana keadaan seseorang saat menghadapinya.

Gus Baha mengingatkan bahwa selama seseorang berusaha hidup dengan baik dan memperbanyak amal saleh, maka ia tidak perlu khawatir dengan kematian. Karena Allah SWT akan memberikan balasan terbaik bagi hamba-Nya yang beriman dan bertakwa.

Hidup bukan sekadar panjang umur atau memiliki banyak harta, tetapi seberapa besar manfaat yang bisa diberikan kepada orang lain. Itulah sebabnya, setiap muslim harus selalu berusaha menjadi pribadi yang lebih baik setiap harinya.

Doa yang diajarkan Rasulullah SAW seharusnya menjadi pedoman dalam menjalani hidup. Jika hidup dimanfaatkan untuk menambah kebaikan, maka kematian bukanlah sesuatu yang menakutkan, melainkan sebuah akhir yang membawa ketenangan.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya