Juru Wabah UI Minta Menkes Budi Gunadi Setop Vaksin Nusantara

Juru Wabah UI minta Menkes Budi Gunadi setop Vaksin Nusantara.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 21 Feb 2021, 19:00 WIB
Diterbitkan 21 Feb 2021, 19:00 WIB
Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin
Rapat kerja Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin dengan Komisi IX DPR RI di Gedung DPR RI Jakarta pada 12 Januari 2021. (Dok Kementerian Kesehatan RI)

Liputan6.com, Jakarta Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) Pandu Riono, yang akrab dipanggil Juru Wabah meminta Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin menghentikan Vaksin Nusantara. Hal ini demi kepentingan kesehatan masyarakat Indonesia.

Vaksin Nusantara diinisiasi mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto. Dikabarkan vaksin ini sedang memulai tahap uji klinis kedua di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dokter Kariadi Semarang pada Selasa, 16 Februari 2021.

Penelitian Vaksin Nusantara dilaksanakan di RS Kariadi Semarang bekerjasama dengan RSPAD Gatot Subroto dan Badan Litbang Kementerian Kesehatan.

"Itu kan menggunakan anggaran pemerintah (Kementerian Kesehatan) atas kuasa Pak Terawan sewaktu menjabat Menkes," tegas Pandu melalui rilis yang diterima Health Liputan6.com pada Sabtu, 20 Februari 2021.

Pandu berpandangan, Vaksin Nusantara yang mengandung vaksin dendritik (sel imun yang memproduksi antibodi), sebelumnya banyak digunakan untuk terapi (imunoterapi) pada pasien kanker dan bersifat individual. Imunoterapi kanker bukan karena setiap orang diberi jumlah sel dendritik, namun setiap orang sel dendritiknya bisa mendapat perlakuan yang berbeda.

"Jadi, pada imunoterapi kanker sel dendritik tetap diberi antigen, tetapi antigennya bisa dari tumornya dia sendiri. Karena itu sifatnya personal," lanjutnya.

 

 

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Saksikan Video Menarik Berikut Ini:

Sel Dendritik Vaksin Nusantara Tak Layak Dijadikan Vaksinasi Massal

ilustrasi lab/credit @pixabay/jarmoluk
Sel dendritik Vaksin Nusantara. ilustrasi lab/credit @pixabay/jarmoluk

Pandu pun memberikan dua catatan terkait sel dendritik yang menjadi bahan pembuat Vaksin Nusantara. Pertama, membandingkan perbedaan sel dendritik pada terapi kanker dengan vaksin dendritik.

Bahwa untuk terapi kanker sel dendritik tidak ditambahkan apa-apa, hanya diisolasi dari darah pasien, kemudian disuntikkan kembali kepada pasien tersebut.

"Sementara, pada vaksin, sel dendritik ditambahkan antigen virus," jelas Pandu.

Kedua, sel dendritik perlu pelayanan medis khusus karena membutuhkan peralatan canggih, ruang steril, dan inkubator CO2. Ada juga kekhawatiran terhadap potensi risiko, antara lain sterilitas, pirogen (ikutnya mikroba yang menyebabkan infeksi), dan tidak terstandar potensi vaksin karena ditujukan pembuatan individual.

"Sebenarnya sel dendritik untuk terapi bersifat individual, dikembangkan sebagai terapi kanker. Sehingga tidak layak untuk vaksinasi massal," pungkas Pandu.

Data Uji Klinis Fase Pertama Vaksin Nusantara Dievaluasi BPOM

FOTO: Kepala BPOM Paparkan Terkait Vaksin COVID-19 Sinovac
Kepala BPOM Penny K Lukito menyampaikan keterangan terkait vaksin COVID-19 di Gedung BPOM, Jakarta, Kamis (19/11/2020). Penny mengatakan Emergency Use of Authorization (EUA) vaksin COVID-19 Sinovac diharapkan bisa keluar pada minggu ketiga/keempat Januari 2021. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Ahli biomolekuler dan vaksinolog Ines Atmosukarto berpandangan, data Vaksin Nusantara diduga belum terlihat. Data uji klinis fase pertama belum terlihat dan diperbarui ke dalam data uji klinis global.

"Seharusnya tercatat semua di situ, terakhir Saya cek belum ada update (pembaruan) hasil uji klinisnya. Apakah vaksin tersebut aman atau tidak dan datanya belum aman," katanya.

Ada prosedur yang harus dilewati untuk uji Vaksin Nusantara, yakni mendapat izin dari Komite Etik agar setiap protokol uji klinis dapat izin

"Yang perlu dicari Komisi Etik mana yang mengizinkan ini, apakah mereka sudah mendapatkan data yang lengkap," imbuh Ines.

Pada konferensi pers 19 Februari 2021, Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny K. Lukito mengungkapkan, pihaknya baru saja menerima hasil uji klinis fase pertama Vaksin Nusantara. Hasil uji klinis sedang dievaluasi BPOM.

"Jadi, masih dievaluasi oleh timnya, Direktur Registrasi dari BPOM dengan tim ahli. Apakah bisa kita keluarkan protokol uji klinis fase keduanya," ucapnya.

Infografis 3 Cara Vaksin Covid-19 Picu Kekebalan Tubuh

Infografis 3 Cara Vaksin Covid-19 Picu Kekebalan Tubuh. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis 3 Cara Vaksin Covid-19 Picu Kekebalan Tubuh. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya