Ada Varian Baru Virus Corona, FDA Bolehkan Vaksin COVID-19 Modifikasi Tak Lewati Uji Klinis Panjang

FDA mengatakan, vaksin COVID-19 yang dimodifikasi untuk melawan varian baru virus corona bisa diuji dalam skala kecil, seperti yang dilakukan dalam pengembangan vaksin flu setiap tahunnya

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 24 Feb 2021, 09:00 WIB
Diterbitkan 24 Feb 2021, 09:00 WIB
FOTO: 6 Jenis Vaksin COVID-19 yang Ditetapkan Pemerintah Indonesia
Botol bertuliskan "Vaksin COVID-19" terlihat di sebelah logo perusahaan biotek Moderna, Paris, Prancis, 18 November 2020. Vaksin COVID-19 buatan Moderna diprediksi segera lolos BPOM Amerika Serikat (Food and Drug Administration atau FDA). (JOEL SAGET/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat menyatakan, uji klinis vaksin COVID-19 panjang untuk melihat pengaruhnya terhadap varian baru virus corona, mungkin tidak lagi diperlukan.

Dilansir dari Live Science pada Selasa (23/2/2021), FDA mengatakan bahwa apabila virus corona bermutasi, maka peneliti harus memodifikasi vaksin COVID-19 yang ada.

Namun menurut mereka, uji klinis yang panjang dan ekstensif kemungkinan tidak lagi diperlukan untuk meneliti vaksin yang dimofidikasi. FDA mengatakan, vaksin baru bisa diuji dalam skala kecil, seperti yang dilakukan dalam pengembangan vaksin flu setiap tahunnya.

"Kami tahu negara ini sangat ingin kembali ke normal yang baru, dan kemunculan varian virus menimbulkan kekhawatiran baru tentang kinerja produk-produk ini," kata Janet Woodcock, pelaksana tugas komisioner FDA dalam sebuah pernyataan resminya.

Dua vaksin COVID-19 yang dipakai di AS yaitu buatan Pfizer dan Moderna dinyatakan masih efektif untuk varian virus yang ada saat ini. Meski begitu, dalam sebuah studi, efektivitas mereka menjadi lebih rendah saat berhadapan dengan varian virus dari Afrika Selatan yaitu B.1.351.

Menurut FDA, apabila virus berkembang menjadi lebih "moderat atau resistan penuh" untuk vaksin COVID-19 saat ini, maka dibutuhkan modifikasi untuk vaksin tersebut. Kedua vaksin tersebut menggunakan teknologi mRNA yang memungkinkan modifikasi dengan cepat.

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

 

 

Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini

Dibandingkan dengan Vaksin Sebelumnya

FOTO: Amerika Serikat Mulai Vaksinasi Virus Corona COVID-19
Petugas kesehatan mempersiapkan pemberian vaksin COVID-19 di Long Island Jewish Medical Center, New York, AS, 14 Desember 2020. AS mulai memberikan vaksin COVID-19 pertamanya pada Senin (14/12), dengan dosis pertama disuntikkan kepada para petugas kesehatan dan staf panti wreda. (Xinhua/Wang Ying)

Mengingat perusahaan hanya akan memodifikasi vaksin yang sama untuk membuatnya lebih efektif melawan varian baru, uji klinis ekstensif dengan keterlibatan ribuan orang dan menggunakan plasebo, mungkin tak perlu lagi.

Pedoman baru FDA hanya menyarankan uji vaksin modifikasi dilakukan pada sekelompok kecil sukarelawan. Usai divaksinasi, para relawan dapat memberikan sampel darahnya untuk diuji di laboratorium.

"Untuk data klinis, pedoman merekomendasikan penentuan efektivitas didukung oleh data dari studi imunogenisitas klinis, yang membandingkan respon imun penerima terhadap varian virus yang diinduksi oleh vaksin modifikasi, terhadap respon imun dari vaksin yang sudah diizinkan," tulis FDA.

FDA juga mendorong pengujian vaksin yang dimodifikasi, dilakukan pada hewan dan orang yang sebelumnya telah diberi vaksin corona, serta mereka yang belum divaksin sama sekali.

Namun, FDA menegaskan bahwa diskusi lebih lanjut diperlukan untuk hasil akhir terkait apakah vaksin COVID-19 yang dimodifikasi dapat diberikan izin di masa depan tanpa studi klinis.

 

Infografis 3 Cara Vaksin Covid-19 Picu Kekebalan Tubuh

Infografis 3 Cara Vaksin Covid-19 Picu Kekebalan Tubuh. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis 3 Cara Vaksin Covid-19 Picu Kekebalan Tubuh. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya