Bahaya Diet Ekstrem, Massa Otot Berkurang Hingga Terjadinya Batu Empedu

Yakin masih mau melakukan diet ekstrem setelah tahu bahayanya?

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 17 Mar 2021, 06:00 WIB
Diterbitkan 17 Mar 2021, 06:00 WIB
Cerita Akhir Pekan: 6 Jenis Diet Terpopuler Sepanjang 2020
Ilustrasi turunkan berat badan. (dok. Ketut Subiyanto/Pexels/Brigitta Bellion)

Liputan6.com, Jakarta - Berhasil memeroleh berat badan yang diinginkan merupakan hal paling membahagiakan bagi para pelaku diet. Sayangnya, tak sedikit orang yang lebih memilih jalan pintas dengan melakukan diet ekstrem agar mimpi tersebut cepat terwujud.

Menurut Dokter Spesialis Gizi Klinik Konsultan, Dr dr Samuel Oetoro MS SpGK, diet ekstrem memang sudah bisa dipastikan bikin seseorang cepat langsing.

"Tapi buat kesehatan harus hati-hati," kata Samuel dalam Instagram Live bersama Good Doctor dan Persatuan Dokter Spesialis Gizi Klinik (PDGKI) pada Minggu, 14 Maret 2021.

Samuel mendefinisikan diet ekstrem sebagai diet yang dalam dunia medis disebut sebagai very low calorie (sangat rendah kalori).

"Jadi, asupannya kurang dari 800 kilo kalori (kkal) per hari, bahkan ada yang sampai kurang dari 400 kilo kalori per hari," ujarnya.

Samuel, mengingatkan, menyantap makanan kurang dari 800 kkal per hari berisiko untuk mengalami komplikasi terbuka lebar,"Massa otot pasti berkurang. Belum lagi efek-efek samping berbahaya lainnya.".

Menurut Samuel, risiko terbesar yang bakal dihadapi pelaku diet ekstrem adalah terjadinya pembentukan batu empedu. Tidak jarang pula asam urat pelakunya meningkat, dan yang paling fatal fungsi liver ikut terganggu.

"Karena dietnya ekstrem, pelaku kerap merasa kedinginan, mengalami kerontokan rambut, dan yang paling berat adalah, kalau berlangsung lama, tubuh akan mengambil tenaga dari protein tubuh yang membuat massa otot menurun," katanya.

 

Simak Video Berikut Ini

Diet Ekstrem Berbahaya untuk Jantung

Perlu diingat bahwa otot ada di mana-mana termasuk di jantung. Itu mengapa pelaku diet harus hati-hati.

"Kalau protein otot jantung Anda ketarik, lama-lama otot jantung Anda kekurangan protein, itu bahaya sekali," ujarnya.

"Apalagi diet ekstrem yang dilakukan di bawah 400 kalori," kata Samuel.

 

Bahaya Lain Melakukan Diet Ekstrem

Di kesempatan yang sama, dr Feni Nugraha MARS MGizi SpGK, mengatakan, pelaku diet ekstrem berisiko juga mengalami sembelit atau sulit buang air besar (BAB). Terlebih akhir-akhir ini tengah ramai jadi sorotan adalah diet tapi tidak mengonsumsi serat. Baik itu dari buah-buahan maupun sayuran.

"Meningkatkan terbentuknya batu empedu memang benar karena penurunan berat badan pada orang yang diet ekstrem cukup besar sekali," kata Feni.

Penurunan berat badan yang direkomendasikan, lanjut Feni, adalah sebanyak 0,5 sampai 1 kilogram per minggu. Sementara saat melakukan diet ekstrem yang kurang dari 800 atau 400 kkal per hari, penurunan berat badannya akan besar sekali, yaitu 1,5 hingga 2 kilogram bahkan lebih.

"Ketika penurunan lebih dari 1,5 kilogram per minggu, risiko batu empedu besar sekali. Banyak dari pasien yang akhirnya mengalami batu empedu, yang berujung pada tindakan operasi. Ini sangat menyeramkan sekali.

 

Disarankan Diet Rendah Kalori

Feni menyarankan sebaiknya seseorang yang berniat menurunkan berat badan melakukan diet rendah kalori, bukan sangat rendah kalori.

Diet rendah kalori tidak ada satu bahan makanan pun yang dipantang. Sebab, diet rendah kalori lebih memerhatikan asupan nutrisi makro dan juga mikro.

Samuel, menambahkan, diet yang sehat harus lengkap asupan nutrisinya. Mulai dari karbohidrat, protein, dan juga lemak. Siapa bilang orang diet enggak boleh mengonsumsi karbohidrat dan lemak?

"Ada yang bilang 'Saya sudah nggak makan nasi', nggak papa, tapi ingat, karbohidrat bukan cuma nasi. Dan, karbohidrat sangat diperlukan karena untuk sel otak dan sel darah merah," katanya.

"Karbohidrat bisa dari roti, kentang, oat, dan bekatul. Prinsipnya harus yang kompleks dan tinggi serat, seperti nasi merah," katanya.

Karbohidrat kompleks, kata Samuel, adalah karbohidrat yang tinggi serat. Serat penting untuk membuat gula diserap secara perlahan sehingga peningkatan gula darah tidak terlalu cepat.

Bagaimana dengan lemak? Samuel mengingatkan bahwa lemak tetap harus dimakan, tapi pilih lemak yang sehat. Lemak sehat bisa didapat dari omega 3 yang berasal dari ikan.

"Makanya, saya selalu bilang, kalau lagi diet makanlah ikan. Dan, kalau ikannya mengandung minyak, makan. Itu omega 3," katanya.

"Sumber lemak lain yang sehat adalah buah alpukat, olive oil yang mengandung omega 9. Jadi, diet itu harus lengkap. Kalau mau diet sendiri, jangan coba-coba menjalankan diet ekstrem," Samuel melanjutkan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya