Liputan6.com, Jakarta - Osteoporosis tak bisa dipandang sebelah mata. Pasalnya, penyakit tulang ini muncul tanpa gejala.
“Karena pengeroposan terjadi di dalam tulang yang tidak menimbulkan nyeri dan sebagainya. Gejala itu baru muncul kalau sudah mengalami patah tulang atau retak pada tulang. Oleh karena itulah jangan sampai terlambat mengetahui ada osteoporosis,” terang Ketua Umum Perhimpunan Osteoporosis Indonesia (PEROSI) dr. Bagus Putu Putra Suryana, dalam Media Briefing Virtual pada Rabu (7/4/2021).
Baca Juga
Menurut Bagus, pencegahan osteoporosis harus dimulai sejak dini yang disebut dengan menabung tulang. Ia menyebut osteoporosis tidak hanya harus menjadi perhatian bagi lansia, tetapi anak-anak dan remaja sudah harus diingatkan tentang penyakit tulang ini.
Advertisement
“Tulang itu dibentuk dengan baik, saat muda, dari masa anak-anak, remaja, sampai dewasa sehingga di kemudian hari ketika memasuki usia lanjut dapat beraktivitas dengan tulang yang kuat,” ujarnya.
“Osteoporosis tidak hanya terjadi pada usia lansia, bahkan pada anak-anak pun bisa mengalami osteoporosis kalau dari awal pertumbuhan tulangnya tidak bagus,” ungkap Bagus.
Untuk memastikan apakah seseorang menderita osteoporosis atau tidak, akan dilakukan pemeriksaan bone mineral density (BMD). Namun, sayangnya fasilitas ini baru tersedia di beberapa kota besar di Indonesia.
Simak Juga Video Berikut
Wanita Lebih Banyak Menderita Osteoporosis
Dalam pemaparannya, Bagus mengungkapkan bahwa wanita lebih banyak menderita osteoporosis, dengan perbandingan satu dari tiga wanita di atas usia 50 tahun mengalaminya, sedangkan perbandingan pada pria hanya satu dari lima.
Menurut Bagus, meski usia 50 tahun belum memasuki usia lansia, tetapi mulai usia 45 sampai 50 tahun mulai terjadi perubahan siklus hormonal yang disebut sebagai masa perimenopause. Pada masa itulah tulang mengalami penurunan kepadatan paling cepat tanpa gejala.
Oleh karena itu, Bagus menyampaikan bahwa aktivitas fisik pada usia tersebut penting sekali. Namun, jangan sampai memberatkan kerja sendi dan tulang.
“Prinsipnya tentu harus teratur, dianjurkan olahraga yang tidak menimbulkan hentakan pada sendi dan tulang yang disebut dengan low impact exercise, dengan senam, jogging, jalan-jalan,” jelasnya.
Selain aktivitas fisik, untuk mencegah osteoporosis perlu diperhatikan juga kebutuhan kalsium dan vitamin D. Kebutuhan kalsium harian yang direkomendasikan adalah 1000 mg dan vitamin D 600 IU. Sayangnya, konsumsi kalsium harian orang Indonesia rata-rata masih jauh dari cukup, yakni hanya di bawah 400 mg.
“Kalau kita punya pola makan yang bagus, kemudian mempunyai paparan sinar matahari yang bagus, maka kebutuhan vitamin D kita sudah terpenuhi. Kalau kita jarang berolahraga, jarang beraktivitas di luar ruangan, pola makan yang tidak bervariasi itulah yang bisa menyebabkan orang kekurangan kalsium dan vitamin D,” jelas Bagus.
Dalam kesempatan yang sama, ketua dan pendiri Komunitas Lansia Sejahtera Surabaya dr. Siti Pariani juga mengingatkan agar kaum muda lebih peduli dengan osteoporosis.
“Jadi saya ingatkan adek-adek walaupun masih muda, saya ingatkan untuk bergerak terus, aktif, karena nanti kalau jadi lansia supaya masih bisa berguna bagi orang lain,” tuturnya.
Penulis: Abel Pramudya Nugrahadi
Advertisement