Banyaknya Warung Rokok Eceran Jadi Penyebab Tingginya Angka Perokok Usia Anak

Pusat Kajian Jaminan Sosial Universitas Indonesia (PKJS-UI) meluncurkan penelitian mengenai “Densitas dan Aksesibilitas Rokok Batangan Anak-Anak Usia Sekolah di DKI Jakarta: Gambaran dan Kebijakan Pengendalian”.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 17 Jun 2021, 14:00 WIB
Diterbitkan 17 Jun 2021, 14:00 WIB
Ilustrasi rokok- Faizal Fanani
Ilustrasi rokok. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Pusat Kajian Jaminan Sosial Universitas Indonesia (PKJS-UI) meluncurkan penelitian mengenai Densitas dan Aksesibilitas Rokok Batangan Anak-Anak Usia Sekolah di DKI Jakarta: Gambaran dan Kebijakan Pengendalian.

Studi ini menunjukkan bahwa penduduk DKI Jakarta, termasuk anak usia sekolah, masih sangat mudah dalam mengakses rokok batangan karena masih padatnya warung rokok eceran, bahkan di dekat area sekolah.

Harga rokok batangan yang murah juga membuat rokok semakin terjangkau. Menurut PKJS-UI, kebijakan berupa larangan penjualan rokok batangan dibutuhkan untuk menekan tingkat keterjangkauan rokok, terutama pada anak-anak.

Kebijakan ini bisa dijalankan melalui revisi regulasi Peraturan Pemerintah (PP) 109/2012 tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau bagi Kesehatan serta menaikkan harga rokok.

Simak Video Berikut Ini

Akibat Paparan Rokok

Berdasarkan data International Health Metric Evaluation (IHME) 2017, Indonesia merupakan salah satu negara dengan angka kematian yang tinggi akibat paparan rokok, termasuk penyakit jantung dan berbagai jenis kanker.

Data klaim Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan juga menyebutkan bahwa penyakit akibat rokok seperti penyakit jantung menempati urutan pertama dengan biaya sebesar 10,6 triliun dan kanker sebesar 3,4 triliun pada 2018.

Belum ada regulasi khusus yang mengatur pembatasan penjualan rokok secara eceran per batang di Indonesia berakibat pada terhambatnya efektivitas pengendalian konsumsi rokok. Harga rokok juga termasuk dalam kategori murah yaitu Rp1.000-4.000 per batang.

“Oleh karena itu, studi ini memberikan bukti kepadatan warung rokok eceran dan melakukan survei untuk melakukan assessment terhadap aksesibilitas penjualan rokok batangan di DKI Jakarta,” kata ketua peneliti, Risky Kusuma Hartono, Ph.D, mengutip keterangan pers, Kamis (17/6/2021).

Mengapa DKI Jakarta?

Menurut Risky, DKI Jakarta dipilih karena merupakan kawasan perkotaan dengan jumlah penduduk yang cukup padat yang memungkinkan untuk menemukan warung rokok eceran menggunakan google maps.

Pencarian lokasi warung rokok eceran dilanjutkan menggunakan google street view. Studi ini juga mencatat lokasi sekolah di DKI Jakarta.

Data sekolah diperoleh dari laman Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta. Pemilihan sampel dilakukan dengan sistematik random sampling dengan jumlah sampel minimal 62 penjual warung rokok eceran.

Berdasarkan hasil penelusuran, kepadatan warung rokok eceran di DKI Jakarta, menunjukkan:

-Terdapat 8.371 warung rokok eceran di DKI Jakarta dengan warung rokok terbanyak berada di wilayah Jakarta Timur (3.085 warung rokok) dan Jakarta Barat (2.139 warung rokok).

-Apabila dibandingkan dengan luas wilayah per km persegi, secara rata-rata terdapat lebih kurang 15 warung rokok eceran setiap 1 km persegi di DKI Jakarta.

-Sedangkan apabila dibandingkan dengan jumlah penduduk, didapati bahwa terdapat lebih kurang 1 warung rokok eceran setiap 1.000 penduduk di DKI Jakarta.

-Berdasarkan lokasi sekolah (SD, SMP, SMA/SMK), terdapat lebih kurang 8 warung rokok eceran di setiap area sekitar sekolah di DKI Jakarta. Sebanyak 61,2 persen warung rokok berlokasi kurang dari 100 meter dari area sekolah.

Infografis Bahaya Merokok

Infografis Bahaya Merokok
Infografis Bahaya Merokok
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya