Liputan6.com, Jakarta - Peneliti asal Melbourne, Australia, Dr Jason Roberts, dari The Peter Doherty Institute berhasil mengabadikan penampakan virus Corona varian Delta penyebab COVID-19.
Varian Delta disebut sebagai penyebab tsunami COVID-19 di India dan akhir-akhir ini menjadi penyebab lonjakan kasus di Indonesia.
Baca Juga
“Varian Delta SARS-CoV-2 dalam sel yang terinfeksi. Mahakarya lain dari Dr Jason Roberts - Mikroskop Elektron dan Kepala Virologi Struktural di #DohertyInstitute,” tulis akun Twitter resmi Doherty Institute (@TheDohertyInst), dikutip Kamis (8/7/2021).
Advertisement
Keterangan tersebut disertai foto yang disebut sebagai penampakan virus Corona varian Delta dalam sel yang terinfeksi.
Simak Video Berikut Ini
Bentuk Virus
Virus tersebut berbentuk bundar tapi tidak sempurna dengan pinggiran berduri seperti matahari yang biasa digambar anak-anak kecil bahkan seorang warganet mengatakan bahwa gambar tersebut seperti pizza peperoni.
“Terlihat seperti pizza peperoni,” tulis pengguna Twitter @mattyveee_
SARS-CoV-2 Delta variant in an infected cell. Another masterpiece from Dr Jason Roberts - Electron Microscopy and Structural Virology Head at the #DohertyInstitute @pteropid @TheRMH @UniMelbMDHS @UniMelbMDHS pic.twitter.com/CbmqfIQRmG
— Doherty Institute (@TheDohertyInst) June 28, 2021
Warganet lainnya mengemukakan pendapat bahwa gambar virus tersebut terlihat seperti karakter animasi Minion.
“Terlihat seperti minion,” tulis @seekerqrc.
Advertisement
Terkait Varian Delta
Virus SARS-CoV-2 varian Delta telah masuk ke Indonesia dan menyebabkan lonjakan kasus COVID-19. Varian Ini disebut lebih cepat menular ketimbang varian lainnya.
Menurut profesor epidemiologi genetik di King's College London, Tim Spector, varian Delta dapat menimbulkan gejala sebagai berikut:
-Sakit kepala
-Sakit tenggorokan
-Flu parah
-Demam
-Batuk
“Varian Delta yang pertama kali terdeteksi di India terasa seperti flu yang buruk,” kata Spector mengutip theguardian.com, Kamis (8/7/2021).
Data menunjukkan bahwa varian Delta setidaknya 40 persen lebih mudah menular daripada varian Alpha yang pertama kali terdeteksi di Kent, Inggris, dan tampaknya menggandakan risiko rawat inap. Ini juga membuat vaksin agak kurang efektif, terutama jika hanya satu dosis.
Spector menambahkan bahwa pada varian Delta, batuk tampaknya menjadi gejala paling umum kelima, dan hilangnya penciuman tidak masuk dalam 10 besar.
Infografis Boleh dan Tidak Boleh Sebelum - Setelah Vaksinasi COVID-19
Advertisement