Banyak Kematian COVID-19 di UGD, Perlu Pemantauan Isolasi Pasien

Banyak terjadi kematian COVID-19 di UGD, Kemenkes tegaskan perlu pemantauan isolasi pasien.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 06 Agu 2021, 15:00 WIB
Diterbitkan 06 Agu 2021, 15:00 WIB
Rumah Mewah di Cilandak Jadi Tempat Isolasi Mandiri Tetangga
Aktivitas warga positif Covid-19 tanpa gejala yang menjalani isolasi mandiri di sebuah rumah mewah di Jalan MPR 1, Cilandak, Jakarta, Rabu (7/7/2021). Di rumahnya seluas 3000 meter persegi itu, ada empat dari 22 warga yang jalani isolasi mandiri. (merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta - Melihat banyak terjadi kematian COVID-19 di Unit Gawat Darurat (UGD) rumah sakit, Kementerian Kesehatan menegaskan, perlu pemantauan isolasi pasien yang terkonfirmasi positif COVID-19.

Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI Siti Nadia Tarmizi mengatakan, sebagaimana hasil evaluasi Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), kematian terjadi ketika pasien COVID-19 baru masuk UGD.

"Jadi, (pasien yang bersangkutan) datang ke UGD karena keterlambatan mengenali tanda kegawatan dan terlambat melakukan rujukan," kata Nadia melalui pernyataan tertulis yang diterima Health Liputan6.com pada Kamis, 5 Agustus 2021.

"Kematian utamanya juga terjadi pada kelompok pasien-pasien berusia lanjut."

Untuk menekan angka kematian pasien COVID-19, menurut Nadia, perlu dilakukan pemantauan isolasi. Penentuan apakah seseorang dapat menjalani isolasi mandiri atau terpusat harus dilakukan oleh tenaga kesehatan.

"Sehingga jika muncul tanda kegawatan dapat segera dirujuk ke rumah sakit terdekat. Dan juga memastikan kontak erat, terutama kontak erat berisiko tinggi menjalani karantina minimal 5 hari serta entri dan exit test, ditambah dengan memperkuat sistem rujukan sampai kelevel terkecil, seperti RT/RW," lanjut Nadia.

 

** #IngatPesanIbu 

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

#sudahdivaksintetap3m #vaksinmelindungikitasemua

Saksikan Video Menarik Berikut Ini:

Gejala Sesak Muncul Saat Isoman, Segera Lapor

Rumah Mewah di Cilandak Jadi Tempat Isolasi Mandiri Tetangga
Warga yang positif covid-19 berolahraga di halaman rumah yang diubah menjadi tempat isolasi mandiri di Jalan MPR 1, Cilandak, Jakarta, Rabu (7/7/2021). Mereka yang menjalani isolasi mandiri di rumah mewah itu mendapatkan bantuan kebutuhan sehari-hari dari warga sekitar. (merdeka.com/Arie Basuki)

Siti Nadia Tarmizi juga mengimbau masyarakat yang melakukan isolasi mandiri (isoman) tetap memantau kesehatan masing-masing. Bila muncul gejala sesak dan lainnya, segera lapor ke fasilitas kesehatan terdekat dan dapat isolasi di fasilitas isolasi terpusat (sebagaimana rekomendasi tenaga kesehatan).

Upaya pemantauan isoman ini mencegah apabila terjadi kondisi kegawatdarurat.

“Ingat, bila gejala sesak muncul saat kita melakukan isolasi mandiri, segera ke fasilitas isolasi terpusat dan jangan ditunda,” ujar Nadia.

Perihal isolasi, Ketua Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Ganip Warsito menyampaikan, bagaimana agar masyarakat yang terkonfirmasi COVID-19 dengan kondisi tanpa gejala bersedia menjalani isolasi mandiri di tempat isolasi terpusat yang disediakan Satgas Penanganan COVID-19 di daerah.

Dalam hal ini, pasien tanpa gejala sangat berpotensi menularkan COVID-19 kepada anggota keluarga apabila menjalani isolasi mandiri di rumah. Sehingga kondisi tersebut menjadi salah satu penyebab tingginya angka penularan COVID-19.

"Ini yang membuat perkembangan virus ini makin banyak karena menyebar di antara keluarga dan komunitas. Supaya tidak terjadi seperti itu, maka yang sakit harus dipisahkan dari yang sehat, harus diisolasi," jelas Ganip saat meninjau pelaksanaan PPKM Mikro di Kelurahan Maguwoharjo, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta, Selasa (27/7/2021).

Pasien yang Masuk IGD Sudah dalam Kondisi Berat

FOTO: Kesibukan RSUD Cengkareng di Tengah Peningkatan Kasus COVID-19
Suasana IGD RSUD Cengkareng, Jakarta, Rabu (23/6/2021). Meningkatnya kasus COVID-19 di Jakarta membuat pasien harus mengantre di luar IGD untuk mendapatkan tempat perawatan. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Ketua Bidang Data dan Teknologi Informasi Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Dewi Nur Aisyah mengungkapkan data terkait jumlah pasien COVID-19 lebih banyak meninggal di Instalasi Gawat Darurat (IGD). Mereka yang masuk IGD sudah dalam kondisi berat atau kritis.

Hasil survei tersebut dari 31 rumah sakit vertikal Kementerian Kesehatan.

"Jumlah pasien meninggal di IGD naik pada Juli 2021. Berarti kan mereka sudah kondisi berat atau kritis," ungkap Dewi saat dialog Evaluasi Angka Kepatuhan dan Kematian COVID-19 di Indonesia, Rabu (4/8/2021).

"Pada bulan Mei 2021, kematian pasien di IGD sekitar 3,7 persen (89 kematian), lalu bulan Juni naik 12,4 persen (733 kematian). Kemudian Juli naik 20 persen (1.512 kematian)." (Selengkapnya: Rata-Rata Pasien COVID-19 Meninggal di RS Setelah Dirawat 5 Hari)

Infografis Wakil Rakyat Isolasi Mandiri di Hotel Berbintang

Infografis Wakil Rakyat Isolasi Mandiri di Hotel Berbintang. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Wakil Rakyat Isolasi Mandiri di Hotel Berbintang. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya