Liputan6.com, Jakarta Bila sesuai target, Vaksin Merah Putih garapan Universitas Airlangga dan PT Biotis Pharmaceutical Indonesia bisa mulai digunakan pada Juli 2022. Meskipun terbilang singkat, Epidemiolog Centre for Environmental and Population Health Griffith University Australia Dicky Budiman mengungkapkan bahwa hal tersebut berada dalam tahapan yang benar.
"Menurut saya masih dalam tahapan yang relatif normal dan sesuai kaidah. Sejauh ini enggak ada masalah terkait Vaksin Merah Putih," ujar Dicky lewat pesan suara ke Health Liputan6.com pada Jumat, 17 September 2021.
Baca Juga
Dari enam lembaga yang mengembangkan Vaksin Merah Putih, memang hingga kini garapan Unair - Biotis paling terdepan. Saat ini sudah memasuki tahap proses uji praklinik fase 2. Terlebih, pada bulan Oktober mendatang uji klinik fase 1 akan dimulai pada 100 orang pertama.
Advertisement
"Dengan banyaknya pilihan opsi riset ini akan membuka lebih banyak peluang, karena enggak ada jaminan semuanya berhasil kan. Ini kan masih panjang perjalanannya," komentar Dicky.
Dicky menjelaskan, produksi Vaksin Merah Putih harus didukung dan sangatlah strategis untuk Indonesia. Mengingat sejauh ini belum benar-benar ada produksi vaksin dalam negeri dengan jangkauan yang sangat besar seperti vaksin untuk COVID-19 ini.
"Belum ada sejauh ini produksi vaksin yang dari hulu ke hilir, belum ada setau saya. Jadi ini pertama kali, makanya ini sangat strategis dan harus didukung. Ini akan jadi catatan sejarah, kita akan lihat bagaimana nanti hasilnya," ujar Dicky.
Fundamen yang kokoh
Dicky mengungkapkan bahwa Indonesia memang harus memiliki vaksin produksi dalam negeri karena menyelesaikan pandemi bukanlah perkara mudah dan singkat. Apalagi, varian baru virus Corona juga masih terus bermunculan.
Kebutuhan vaksin COVID-19 pun menjadi banyak dan besar. Sehingga menurut Dicky, adanya produksi vaksin dalam negeri dianggap sebagai sesuatu yang strategis, penting, dan juga vital.
Terlebih, produksi vaksin dalam negeri dalam jumlah besar ini dianggap akan mencetak sejarah dan menjadi fundamen yang kokoh bagi produksi-produksi vaksin selanjutnya.
"Kebutuhan vaksin kita akan banyak dan besar. Ketika sudah menghasilkan satu saja nanti yang murni dari proses hulu ke hilir dibuat dalam negeri, itu akan menjadi fundamen yang kokoh untuk tahapan produksi vaksin berikutnya," kata Dicky.
Dicky menjelaskan, produksi vaksin dalam negeri yang direncanakan akan menjadi booster ini membuat pengantaran dan kesinambungan vaksin yang lebih efisien. Jika proses berjalan dengan baik, Indonesia pun tak perlu lagi membeli vaksin dari luar negeri.
"Apabila ini ada dalam negeri, jadi lebih efisien secara pengantaran dan kesinambungan. Apabila menggunakan vaksin yang sama (untuk booster), kita harus beli lagi, belum tentu ada uangnya maupun barangnya," kata Dicky.
Advertisement