Liputan6.com, Jakarta Pasien trigeminal neuralgia seringkali merasa amat menderita tatkala nyeri yang tiba-tiba muncul, yang bikin wajah kayak ditusuk-tusuk jarum. Ada juga bahkan yang merasakan sengatan listrik hingga kesemutan pada satu sisi wajah saja.
Trigeminal neuralgia merupakan kelainan saraf yang menyebabkan nyeri wajah sebelah yang tidak tertahankan. Saking sakitnya rasa nyeri tersebut, tak jarang rasa untuk bunuh diri muncul seketika.
Baca Juga
Tak heran jika trigeminal neuralgia dijuli sebagai penyakit bunuh diri atau suicide disease.
Advertisement
"Nyeri ini memiliki tanda khas, yaitu hanya terjadi pada salah satu sisi wajah saja dan area yang terserang nyeri sesuai dengan satu atau lebih cabang saraf trigeminal," kata dokter spesialis bedah saraf, dr Mustaqim Prasetya SpBS dalam webinar dalam peringatan International Trigeminal Neuralgia Awareness Day yang hatuh tiap 7 Oktober.
International Association for the Study of Pain (IASP)---organisasi kesehatan yang mendalami nyeri---mendefinisikan trigeminal neuralgia sebagai nyeri yang tiba-tiba, biasanya unilateral (sebelah wajah), tajam, hebat, singkat, dan berulang dengan distribusi pada satu atau lebih cabang dari saraf trigeminal (saraf kranial kelima).
Sedangkan, menurut International Headache Society (IHS), trigeminal neuralgia adalah nyeri wajah yang tajam, seperti tersengat listrik, terbatas pada satu atau lebih cabang saraf trigeminal.
Mustaqim, menjelaskan, saraf trigeminal adalah saraf kelima pada otak yang menghantarkan sensasi dari wajah dan rongga mulut serta memiliki tiga cabang, yaitu:
- Oftalmikus, mempersarafi area mata, dahi hingga kepala atas
- Maksilaris, mempersarafi area pipi, kelopak mata bawah, bibir atas, hidung, geligi rahang atas, langit-langit rongga mulut, nasofaring
- Mandibularis, mempersarafi otot-otot untuk mengunyah dan daerah kulit rahang bawah
Nyeri Trigeminal Neuralgia
Lebih lanjut Mustaqim menjelaskan bahwa nyeri biasanya hanya muncul pada salah satu bagian wajah, kiri atau kanan, dan bisa muncul dalam hitungan detik sampai menit. Akan tetapi, pada beberapa kasus nyeri dapat berlangsung hingga lebih dari 15 menit, bahkan dirasakan terus menerus.
“Rasa nyerinya hilang timbul. Bagian pipi, rahang, gigi, gusi, dan bibir paling sering kena serangan. Hal inilah yang kemudian membuat pasien trigeminal neuralgia menyangka mereka mengalami sakit gigi dan tak jarang berobat ke dokter gigi. Tak sedikit yang giginya sudah melalui perawatan bahkan ada yang dicabut beberapa buah tapi tetap saja serangan nyeri masih dirasakan," katanya.
Saraf trigeminal atau saraf otak kelima ini bersinggungan atau menempel secara tidak sengaja dengan pembuluh darah. Disebabkan pembuluh darah ini selalu berdenyut, otomatis saraf akan selalu tertekan dan ini yang menjadi sumber nyeri.
“Akibat gesekan tersebut dapat merusak lapisan myelin atau lapisan pelindung saraf sehingga memicu munculnya cetusan listrik tiba-tiba yang terasa seperti tertusuk, tersayat, terbakar atau kesetrum, dan seolah-olah nyerinya berasal dari gigi atau kulit wajah, padahal bukan itu sumber masalahnya,” katanya.
Nyeri tajam ini bisa muncul kapan saja dan bahkan dapat dipicu oleh aktivitas harian yang seharusnya tidak menyebabkan nyeri, seperti mengunyah, minum, berbicara, tertawa atau tersenyum, bahkan sekadar terkena hawa dingin atau udara AC.
Penyebab munculnya serangan nyeri ini ada dua, yaitu primer dan sekunder. Dikatakan sebagai trigeminal neuralgia primer bila tekanan terhadap saraf trigeminal disebabkan oleh pembuluh darah (sindrom kompresi neurovaskular).
Namun, bila terdapat tumor, kelainan pembuluh darah, perlengketan, dan kelainan autoimun yang mencederai saraf trigeminal, dikatakan sebagai trigeminal neuralgia sekunder.
Advertisement
Penyebab Nyeri
Pria yang akrab disapa Dr Tyo, menambahkan, nyeri secara umum dibedakan menjadi dua macam, yaitu somatik dan neuropatik. Nyeri somatik akan terjadi bila ada kerusakan jaringan, terdapat stimulus yang menyebabkan cedera, berasal dari reseptor nyeri dan biasanya akan sembuh dengan pemberian obat antinyeri yang lazim digunakan sehari-hari.
Sedangkan nyeri neuropatik, berasal dari kelainan saraf, stimulus penyebab nyeri tidak ditemukan, tidak merespons dengan pemberian obat antinyeri lazimnya sehingga membutuhkan obat lain, seperti obat antiepilepsi, misalnya.
Perlu diingat pula bahwa nyeri wajah tidak melulu hanya disebabkan trigeminal neuralgia. Migrain, nyeri kepala tipe tegang, nyeri kepala kluster, glaukoma, sinusitis, temporomandibular joint pain (TMJ), dan masalah gusi juga bisa menyebabkan nyeri pada wajah.
Walaupun kecurigaan nyeri wajah akibat trigeminal neuralgia berdasarkan riwayat penyakit pasien, untuk memastikannya dokter akan melakukan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang radiologi, yaitu MRI, guna memastikan diagnosis dan menyingkirkan penyakit lain yang bukan trigeminal neuralgia.
Trigeminal Neuralgia bukan hanya masalah medis semata
Banyak penderita nyeri wajah trigeminal neuralgia berada pada usia produktif. Serangan nyeri berat berulangkali bukan saja mengakibatkan penderitaan tetapi mengganggu produktivitas kerja karena penderita tak mampu melakukan apa-apa selain menahan nyeri.
Kurangnya dukungan orang-orang di sekitarnya, termasuk keluarga, karena memang penderita trigeminal neuralgia terlihat sehat secara fisik membuat mereka merasa kesepian, depresi dan putus asa.
Nyeri hebat yang muncul saat membasuh muka, terkena dingin atau hangat, menggosok gigi membuat penderita kadang tidak menghiraukan higienitas pribadi berhari-hari.
Pengobatan Trigeminal Neuralgia dengan MVD
Pengobatan atau penanganan trigeminal neuralgia biasanya dilakukan secara bertahap, kata Mustaqim. Langkah pertama adalah dengan pemberian obat antiepilepsi. Bila nyeri masih ada dan tidak ada perbaikan, akan dipertimbangkan untuk meningkatkan dosis atau mengombinasikan obat.
Bila hal-hal tersebut tak kunjung meringankan nyeri, dokter akan menganjurkan tindakan bedah mikro, yang dinamakan MVD (MicroVascular Decompression).
Mustaqim, mengatakan, di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (RS PON), operasi bedah mikro akan dilakukan dengan bekerjasama tim dokter bedah saraf dan dokter spesialis saraf, guna mencapai hasil yang maksimal dan dengan menekan risiko seminimal mungkin.
Guna meminimalkan risiko komplikasi, lanjut Mustaqim, selama tindakan MVD berlangsung akan dilakukan monitoring ketat fungsi saraf dengan menggunakan alat IOM atau intraoperative monitoring untuk memantau saraf-saraf lain yang berdekatan dengan lokasi operasi.
"Jadi, tindakan operasi MVD sejauh ini risiko sangat minimal dengan hasil yang memuaskan. Data internal kami menunjukkan angka bebas nyerinya bisa mencapai 90%," katanya
Dia pun menekankan bahwa nyeri trigeminal neuralgia dapat disembuhkan dengan metode yang tepat, yang dapat mengatasi sumber penyebab nyeri tersebut. Selanjutnya pasien bisa hidup bebas nyeri tanpa perlu mengonsumsi obat.”
MVD ini merupakan pilihan pengobatan utama dan tidak ada pantangan usia atau tidak ada batasan usia, selama kondisi kesehatan memungkinkan dilakukan tindakan pembedahan.
"Pasien tertua yang pernah kami tangani dengan MVD berusia 85 tahun dan beliau sangat bersyukur karena nyeri trigeminal neuralgia yang beliau alami dapat teratasi," ujarnya.
Advertisement