Liputan6.com, Jakarta - Tim Mitigasi Ikatan Dokter Indonesia (IDI) cabang Samarinda, Kalimantan Timur, dr Cisca Nelwan menjelaskan terkait antisipasi COVID-19 gelombang ketiga.
Menurutnya, sejak gelombang pertama COVID-19, Tim Mitigasi IDI Samarinda telah melakukan antisipasi dengan membuat Tim Mitigasi Pendampingan Dokter Indonesia khusus untuk cabang Samarinda.
“Langkah-langkahnya, pertama kami merangkul pada donatur di Samarinda untuk memberikan donasi untuk pemenuhan alat pelindung diri (APD) yang dibagikan ke semua rumah sakit, puskesmas, dan praktik mandiri,” ujar Cisca dalam konferensi pers Tim Mitigasi PB IDI, Selasa (12/10/2021).
Advertisement
Ia menambahkan, sejak Maret hingga Mei 2021 ada 127 dokter yang terinfeksi COVID-19 dan satu dokter meninggal.
Baca Juga
Sedang, di Juni hingga Agustus ada 102 orang yang terinfeksi juga. Ketika para dokter terinfeksi, maka IDI Samarinda memantau saat mulai sakit hingga setelah dinyatakan sembuh.
“Untuk antisipasi gelombang ketiga, kami tetap mengupayakan mitigasi dan edukasi kepada semua anggota dan kami mengupayakan kerja sama dengan dinas kesehatan kota agar semua dokter mendapat sasaran vaksinasi ketiga atau booster.”
Kolaborasi dengan Dinas Kesehatan
Dalam kesempatan yang sama, Kabid Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Samarinda, dr Osa Rafshodia mengatakan bahwa kolaborasi IDI dengan Dinkes Samarinda cukup baik.
“Mudah-mudahan tidak ada gelombang-gelombang lagi, tapi kalau memang sudah ada dari sisi kebijakan dan dukungan untuk anggaran itu Dinkes mempersiapkan untuk kebutuhan APD terutama untuk dokter yang di luar fasilitas kesehatan, klinik, dan rumah sakit.”
“Jadi distribusi APD itu sudah kami siapkan untuk gelombang selanjutnya,” kata Osa.
Belajar dari gelombang sebelumnya, pihak Osa merekomendasikan sejawat yang tempat praktiknya tidak memungkinkan untuk pengendalian teknik, bisa mengatur jadwal praktiknya. Jadi, jika pengendalian teknik tidak bisa dilakukan, maka dapat dilakukan pengendalian administratif.
“Jadi dengan mengatur jam kerja dan mengatur distribusi pasien.”
Advertisement
Pembuatan Skenario Kesehatan
Osa menambahkan, puskesmas juga dapat berperan dari sisi distribusi pasien.
Jika, tempat praktik dokter tutup karena pengendalian administratif dan pengendalian teknik tadi, maka pasien bisa dialihkan ke puskesmas.
“Kami sudah buatkan skenario dengan bidang pelayanan kesehatan di dinas kesehatan. Ini akan kami terapkan kalau memang kondisinya menjadi seperti ketika varian Delta masuk.”
“Jadi memang kita persiapkan langkah-langkah dari sisi kebijakan dan dukungan rumah sakit juga cukup baik,” pungkasnya.